5 Karya Puisi yang Mengkritisi Isu Sosial

5 Karya Puisi yang Mengkritisi Isu Sosial

5 puisi yang mengkritisi isu sosial
Ilustrasi : junantoherdiawan.com

Sastra adalah setiap upaya untuk menggali suara dari nurani melalui bahasa. Kutipan dari sastrawan Okky Madasari ini sangatlah tepat untuk mengartikan puisi sebagai karya sastra. Puisi memang tak sekadar kata-kata puitis tanpa arti tetapi buah pemikiran kritis sang penulis. Nah, Inspirator menjelang hari puisi nasional yang jatuh setiap tanggal 26 April, Inspirator Freak mau berbagi info penting nih mengenai 5 karya puisi yang mengkritisi isu sosial di Indonesia karya penyair yang namanya mendunia:

  1. Aku – Chairil Anwar

“Aku ini binatang jalang

Dari kumpulannya terbuang”

Potongan puisi karya sang penyair pelopor angkatan ’45 ini begitu melekat di hati masyarakat. Bahkan puisi “Aku” dipajang di tembok Kota Leiden, Belanda. Puisi AKU ini menggambarkan sebuah perlawanan yang ditulis oleh Chairil Anwar di tahun 1945 melawan pendudukan Jepang dan juga Belanda. Selain puisi AKU, puisi-puisi Chairil lainnya menyangkut banyak hal mulai dari pemberontakan, kematian, individualisme, hingga interpretasi.

  1. Pepatah Buron – Wiji Thukul

“Penindasan adalah guru yang paling jujur

Bagi yang mengalami

Lihatlah tindakan penguasa

Bukan retorika bukan pidatonya”

Ya, dari puisilah Wiji Thukul menyuarakan ketidakadilan yang dilakukan para penguasa. Hanya karena puisi-puisinya yang mengkritisi zaman orde baru, Wiji Thukul menjadi buronan. Bahkan ia disebut-sebut sebagai dalang kerusuhan 27 Juli 1996 di Jakarta. Namun keberadaannya lenyap seiring runtuhnya orde baru dan tak pernah ditemukan hingga kini. Puisi-puisi Thukul lugas, tegas dan banyak bercerita mengenai kezaliman penguasa orde baru.

  1. Bersatulah Pelacur-Pelacur Kota Jakarta – WS Rendra

“Pelacur-pelacur Kota Jakarta

Dari klas tinggi dan klas rendah

Telah diganyang telah diharu biru

Mereka kecut, keder, terhina dan tersipu”

Puisi karya Rendra ini menyindir kebiasaan nakal para oknum pejabat sekaligus mengangkat realita kemiskinan dari sudut pandang yang berbeda, pelacur. Selain mengangkat tema sosial, karya-karya puisi Rendra juga mengangkat tema yang universal.

  1. Salemba – Taufiq Ismail

“Anakmu yang berani

Telah tersungkur ke bumi

Ketika melawan tirani”

Orde lama ke orde baru memakan banyak korban anak-anak bangsa sendiri. Banyak mahasiswa hilang. Banyak dosen dikejar-kejar, demikianlah makna dari penggalan puisi diatas. Puisi-puisi Taufik Ismail lebih dekat kepada persoalan politik dalam negeri, kondisi sosial ekonomi, dan hal-hal kontemporer lainnya. Pada umumnya Taufiq mengarang puisi dalam konteks bernafaskan politik dan agama.

  1. Gersang – Okky Madasari

“Kau hanya belantara gersang

Segalanya telah dibabat orang

Kau tubuh yang tak lagi teduh

Tak lagi ramah menjadi rumah”

Sering bepergian ke beberapa tempat dan bertemu banyak orang serta peristiwa menjadi latar belakang puisi-puisi karya Okky Madasari. Puisi berjudul Gersang salah satunya. Dalam bait-baitnya, sang penulis menyuarakan isu illegal logging di Pontianak, Kalimantan Barat.

Demikianlah puisi, sebagai karya sastra, puisi tak hanya berani menyuarakan berbagai isu sosial tetapi merekam perjalanan sejarah negeri ini.

Keep Breathing, Keep Inspiring!

Inspirator Freak

Penulis : Ifa Ikah

Editor : Nindya Kharisma Cahyaningtyas

Inspirator Freak

Twitter : @InspiratorFreak

Facebook : facebook.com/InspiratorFreak

LINE : @inspiratorfreak (menggunakan @)

 

NO COMMENTS

Leave a Reply