5 Sosok Penggiat Pendidikan Indonesia

5 Sosok Penggiat Pendidikan Indonesia

5 Sosok Penggiat Pendidikan Indonesia
Ilustrasi | Sumber: viandra-onepiece.blogspot.com

Dalam Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Namun, kenyataannya tidak semua anak bangsa memperoleh pendidikan yang semestinya. Hal inilah yang kemudian menginisiasi beberapa penggiat pendidikan untuk membantu anak bangsa memperoleh pendidikan yang selayaknya mereka dapatkan. Berikut 5 sosok penggiat pendidikan Indonesia.

1. Anies Baswedan – Gerakan Indonesia Mengajar

Anies Baswedan Menteri Pendidikan
Ilustrasi | Sumber: aniesbaswedan.com

Gagasan ini berawal ketika Anies Baswedan masih menjadi mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM). Ia terinspirasi dari Prof. Dr. Koesnadi Hardjasoemantri yang menginisiasi sebuah program bernama Pengerahan Tenaga Mahasiswa (PTM), yakni sebuah program untuk mengisi kekurangan guru SMA di daerah, khususnya di luar Jawa. Anies Baswedan pun memulai gerakan Indonesia Mengajar pada tahun 2009 sebagai gerakan untuk mengajak generasi muda terbaik bangsa ke berbagai daerah di Indonesia untuk mengabdi sebagai Pengajar Muda (PM) di Sekolah Dasar (SD) dan masyarakat selama satu tahun. Sebagai inisiator, Anies bertekad mendorong kemajuan pendidikan di Indonesia, bukan melalui seminar dan diskusi tetapi melalui program konkret mengirimkan sarjana terbaik Indonesia menjadi Guru SD dan masyarakat ke berbagai daerah di Indonesia.

2. Butet Manurung – Sokola Rimba

Butet Manurung, Sekolah Rimba
Ilustrasi | Sumber: abiummi.com

Di tengah sulitnya akses pendidikan bagi anak-anak Suku Anak Dalam di beberapa daerah Indonesia, sosoknya menjadi lentera bagi pendidikan mereka. Bukannya mengutuk ketidaksetaraan pendidikan, Saur Marlina Manurung atau yang biasa dipanggil Butet Manurung justru merintis pendidikan alternatif bagi masyarakat terasing dan terpecil di Indonesia. Sekolah rintisan pertama kali ia terapkan bagi masyarakat Orang Rimba (Suku Kubu), Jambi. Ia mengajar membaca, menulis, dan berhitung sembari tinggal bersama masyarakat didiknya selama beberapa bulan. Ia kemudian mengembangkan sistem Sokola Rimba (diambil dari bahasa yang digunakan orang Rimba, salah satu dialek bahasa Melayu). Sistem Sokola Rimba kemudian diterapkan pula di berbagai tempat terpencil lainnya di Indonesia.

3. Yohanes Surya – Surya Institute

Prof. Yohanes Surya
Ilustrasi | Sumber: www.youtube.com

Dikenal sebagai seorang fisikawan dan pakar sains, Yohanes Surya menciptakan beberapa sistem belajar bernama GASING (gampang, asyik, dan menyenangkan). Metode ini diciptakan agar anak-anak tidak menganggap Matematika itu menyeramkan, tetapi mudah dan menyenangkan. Selain itu, ia juga memiliki konsep Mestakung (Semesta Mendukung), yaitu suatu hukum alam di mana ketika suatu individu atau kelompok berada pada kondisi kritis, maka semesta akan mendukung ia keluar dari kondisi tersebut. Sejak tahun 2000, Yohanes Surya banyak mengadakan pelatihan untuk guru-guru Fisika dan Matematika di hampir semua kota besar di Indonesia, di ibukota kabupaten/kotamadya, sampai ke desa-desa di seluruh pelosok Nusantara, termasuk pesantren-pesantren. Untuk mewadahi pelatihan-pelatihan ini Yohanes Surya mendirikan Surya Institute.

4. Ainun Chomsun – Akademi Berbagi

Aiunon Chomsun
Ilustrasi | Sumber: www.ziliun.com

Pendidikan adalah hak semua warga negara, dan ilmu adalah bagian penting dalam kehidupan manusia, tetapi ketika ilmu tidak lagi mudah diakses bagaimana masyarakat Indonesia akan memiliki kehidupan yang lebih baik secara adil?
Akademi Berbagi lahir dari kegelisahan itu. Sebuah gerakan yang dimulai dari kegiatan kelas kecil, ternyata mampu memberikan harapan. Di Akademi Berbagi semua orang bisa belajar, tanpa batasan. Semua punya kesempatan yang sama. Tidak ada perbedaan ekonomi, kedudukan, maupun geografis, karena ilmu pengetahuan adalah hak semua warga negara. Kegiatan ini pertama kali diselenggarakan pada bulan Juni 2010, karena keinginan belajar pendirinya, Ainun Chomsun. Sosialisasi kegiatan ini hanya menggunakan social media, tetapi dampaknya luar biasa. Bukan hanya guru, untuk mendapatkan tempat belajar serta relawan juga melalui social media.

5. Ibu Sri Kembar – Sekolah Darurat Kartini

Ibu Guru Kembar, Sekolah Darurat Kartini
Ilustrasi | Sumber: adjatwiratma.wordpress.com

Sekolah Darurat Kartini merupakan lembaga semiformal yang didirikan pada tahun 1996 oleh sepasang ibu kembar yaitu Ibu Sri Rosiati dan Sri Irianingsih. Sekolah Darurat Kartni adalah tempat belajar anak-anak gelandangan, pemulung, serta pengemis di ibukota. Sejak awal didirikan, Ibu Sri kembar tidak memungut biaya sepersen pun dari anak-anak yang bersekolah di sana. Walaupun namanya sekolah darurat dan diperuntukkan anak jalanan dan pinggiran, para siswanya tetap menggunakan seragam layaknya sekolah formal lainnya.

Di luar sana masih banyak lagi sosok pejuang pendidikan yang mengerahkan seluruh waktu dan tenaganya demi kemajuan pendidikan anak bangsa. Nah, semoga ulasan di atas menambah semangat kita dalam mencari dan membagi ilmu.

 

Keep Breathing, Keep Inspiring!

Penulis: Ifa Ikah

Editor  : Siti Ayu Handayani

Inspirator Freak

Twitter: @InspiratorFreak

Facebook : facebook.com/InspiratorFreak

LINE : @inspiratorfreak (menggunakan @)

NO COMMENTS

Leave a Reply