Menteri Ketenagakerjaan M. Hanif Dhakiri menilai, dari segi kualitas dan kuantitas, tenaga kerja sektor pariwisata merupakan sektor yang paling siap menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Dengan berbekal kompetensi kerja dan sertifikasi, mereka siap bersaing dengan tenaga kerja dari negara ASEAN lainnya
“Mereka (pekerja sektor pariwisata) paling siap menghadapi MEA. Standar kompetensinya sudah sama dengan negara-negara lain. Sebagai contoh standar cleaning service di hotel A pasti sama dengan hotel B di negara lain, “ ujar Hanif dalam siaran persnya.
Sektor pariwisata merupakan salah satu dari delapan bidang profesi yang telah disepakati untuk MRA dalam penerapan MEA yang dimulai 31 Desember 2015. Bidang sektor lainnya adalah antara lain Engineering services, Nursing services, Architectural services, Surveying Qualifications, Medical practicioners, Dental practicioners, Accountancy Services
Hanif mengatakan selama ini, Kementerian Ketenagakerjaan dan Kementerian Pariwisata beserta seluruh stakeholder terkait terus bekerja sama untuk meningkatkan kompetensi kerja para tenaga kerja yang bergerak dibidang pariwisata,termasuk menyiapkan Standart Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) dan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI).
“Kita bisa lihat banyak tenaga kerja Indonesia yang bekerja di sektor pariwisata telah banyak tersebar di negara-negara ASEAN. Kompetensi mereka tidak kalah, apalagi ditunjang dengan sekolah-sekolah pariwisata yang menghasilkan lulusan yang siap bekerja,”kata Hanif.
Menteri Ketenagakerjaan M Hanif Dhakiri mengatakan ada dua hal penting yang harus dimiliki sumber daya manusia (SDM) Indonesia di era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yaitu kompetensi dan daya saing. Dua hal tersebut mutlak dimiliki agar SDM Indonesia dapat bersaing di level nasional maupun internasional.
“Pada prinsipnya kita semua sepakat bahwa apapun bidang pekerjaan atau profesi, setiap orang dalam melaksanakan suatu aktivitas atau pekerjaan harus memiliki kemampuan atau kompetensi dan daya saing,” ujar Hanif dalam siaran persnya.
Saat ini populasi SDM Indonesia menduduki posisi teratas di wilayah ASEAN dengan jumlah sekitar 242 juta jiwa atau setara dengan 40 persen dari total populasi negara-negara ASEAN. Dengan kondisi itu Indonesia semestinya memiliki posisi tawar yang strategis di kawasan.
“Posisi itu akan kita dapatkan jika SDM Indonesia memiliki daya saing,” ujarnya.
Pemerintah saat ini gencar meningkatkan kualitas SDM Indonesia. Salah satunya melalui pelatihan kerja selain jalur pendidikan formal dan jalur pengembangan karier di tempat kerja. Adapun pelatihan kerja difokuskan pada pembangunan dan pengembangan pilar kompetensi kerja.
Jalur pendidikan fokusnya membangun pondasi yang kokoh untuk pengembangan kualitas tenaga kerja berikutnya. Karena itu, jalur pendidikan secara umum misinya mencerdaskan kehidupan bangsa.
Apabila jalur pendidikan fokusnya membangun pondasi kompetensi dasar tenaga kerja, maka jalur pelatihan kerja berfokus pada pembangunan dan pengembangan pilar-pilar kompetensi kerja. Hal ini nantinya akan dimantapkan di tempat kerja melalui pengembangan karir dan profesionalisme tenaga kerja.
Pelatihan kerja dan pengembangan karir di tempat kerja dianggap sebagai suatu estafet proses pengembangan kualitas SDM. Keterpaduan dan keterkaitan antara pendidikan, pelatihan kerja dan pengembangan karier di tempat kerja merupakan suatu keharusan dalam peningkatan kualitas dan daya saing SDM Indonesia.
“Melalui momentum ini ke depan kita akan memiliki human SDM yang kompeten dan profesional sebagai bagian dari peningkatan daya saing nasional, serta seiring dengan itu juga akan meningkatkan produktivitas nasional,” jelas Hanif.
Hampir dua pertiga wilayah Indonesia merupakan wilayah laut, tidak heran Indonesia dinobatkan sebagai salah satu negara maritim terbesar di dunia. Hasil laut yang melimpah dengan beraneka ragam biota laut di dalamnya membuat Indonesia sering menjadi destinasi para pelancong untuk menyaksikan keindahan baharinya. Para masyarakat yang tinggal di sekitar pesisir pun tak ketinggalan untuk memanfaatkan kekayaan maritim Indonesia sebagai sumber penghidupan mereka.
Tapi, tahukah Inspirator!, kalau ternyata para nelayan ini tidak hanya memanen ikan-ikan untuk dijual. Mereka juga mengadakan perayaan atau festival sedekah laut. Festival sedekah laut adalah festival tahunan yang diadakan sebagai bentuk syukur atas hasil laut yang melimpah sepanjang tahun. Di Indonesia sendiri telah banyak daerah yang mengadakan festival sakral ini. Kalau Inspirator tertarik untuk menyaksikannya, silakan berkunjung ke 4 destinasi berikut ini. 1. Cilacap, Jawa Tengah
Ilustrasi | Sumber: my-cilacap.blogspot.com
Kota yang terletak di ujung selatan Jawa Tengah ini setiap tahun mengadakan Budaya Sedekah Laut. Perayaan ini dilaksanakan setiap bulan Suro dalam sistem penanggalan Jawa. Di tahun 2016 ini, bulan Suro akan jatuh pada bulan Oktober. Pastikan kamu kosongkan jadwal untuk ke pesisir Pantai Cilacap, ya.
Rangkaian acara dimulai dengan arak-arakan 8 Jolen (sesaji) yang hendak dilarung ke Pantai Selatan. Jolen tersebut dikirab dari pendopo Kabupaten Cilacap menuju Pantai Teluk Penyu, Cilacap, kemudian dibawa ke Pulau Mejeti untuk dilarung di Samudera Hindia. Tidak hanya itu, kirab juga diiringi dengan dua perempuan berkuda, barisan prajurit bertombak, barisan umbul-umbul, 14 putri domas, 14 putri pengiring, kereta kuda yang membawa bupati Cilacap dan istri serta pejabat lainnya, sejumlah becak, dan prajurit pembawa jolen.
Selain itu ada pula kepala kerbau sebagai sesaji dalam jolen yang disusun di dalam tandu dan dibawa para nelayan. Tak kurang ribuan orang menyaksikan prosesi ini setiap tahunnya. Tertarik?
2. Morowali, Sulawesi Tengah
Suasana ramai Festival Bajo Pasakkayang| | Sumber: m.detik.com
Di sini terdapat Festival Bajo Pasakkayang yang merupakan tempat berkumpulnya suku Bajo. Perayaan khas suku Bajo ini diawali dengan proses adat bernama Ngangaidah. Upacara dibuka secara simbolis dengan mengibarkan bendera hitam ula-ula. Kemudian, lantunan alat musik dibunyikan dan disertai oleh bunyi terompet Suku Bajo yang disebut Nagabulo.
Dengan membawa bendera ula-ula dan sesajen, para nelayan berarak hingga dermaga. Sesampainya di dermaga, rombongan pun turun dan menuju ke salah satu perahu besar yang menjadi panggung utama. Tak lama gong akan dibunyikan dan diikuti dengan atraksi tari-tarian dari Suku Bajo yang didominasi warna hitam.
Selanjutnya, sesajen beserta dupa yang telah disiapkan dibawa ke atas panggung dan dilarung ke laut sebagai simbol persembahan bagi laut dan leluhur. Serunya nih, usai upacara Suku Bajo bergembira ria dengan saling guyur air. Festival Bajo biasa digelar pada bulan November setiap tahunnya.
3. Gunungkidul, Yogjakarta
Ilustrasi | Sumber: blogspot.com
Tepatnya di pinggir Pantai Sadranan, Wonosari, kamu bisa menyaksikan upacara larung sesaji yang dinamakan Labuhan Laut. Ritual yang dilakukan pada bulan Desember tiap tahunnya ini dilakukan dengan memberikan hasil bumi kepada Sang Penguasa Laut Selatan agar diberikan keselamatan dan rezeki yang berlimpah.
Dibuka dengan iring-iringan pembawa sesaji persembahan dalam perahu jukung, perangkat desa, para penari tradisional, beberapa tokoh masyarakat, serta tak lupa didampingi oleh juru kunci pantai, dan diiringi musik gamelan tradisional Jathilan. Rombongan ini memasuki kawasan Pantai Sadranan yang telah disesaki masyarakat setempat dan para pengunjung serta wisatawan. Wah, ramai ya?
Pemanggul yang mengenakan baju adat menyerahkan perahu jukung berisi sesaji kepada pemanggul yang mengenakan jaket pelampuang untuk segera dilarung ke tengah samudera dan disambut ombak besar.
4. Jakarta
Ilustrasi | Sumber: andikafm.com
Buat yang tinggal di Ibu Kota dan males jauh-jauh ke luar kota, tenang. Karena ternyata di Jakarta, tepatnya di Marunda, Jakarta Utara ada juga loh ritual sedekah laut. Ritual yang biasa disebut Nyadran ini diselenggarakan tiap jelang Ramadhan untuk mencari berkah dan rejeki selama setahun ke depan.
Sama seperti festival sebelumnya, festival ini juga menggunakan sesaji yang berupa kepala kerbau serta beberapa ekor ayam cemani yang sudah dibakar dan satu masih hidup. Tambahan nih, mereka juga melarung segayung darah kerbau sebagai ritual nelayan.
Sebelum upacara mulai, dilakukan pementasan wayang kulit di sekitar kampung nelayan. Ini dikenal sebagai ruwatan, setelah selesai barulah dilakukan ritual ‘pencucian’ dengan sebagian darah kerbau yang telah dicampur kembang ke kawasan nelayan tersebut. Hmm, berani coba?
Keempat festival di atas menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia memang masih banyak yang percaya dengan ritual yang berbau mistis. Tapi hal tersebut merupakan bagian kekayaan budaya di Indonesia dan menjadi daya tarik tersendiri. Namun tidak lupa juga bahwa berbagai perayaan sedekah laut tersebut juga mengandung filosofi rasa syukur kepada Sang Pencipta. Tidak ada salahnya kan menyaksikan festival unik Tanah Air?
Pemerintah Myanmar mengaku khawatir akan pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada akhir tahun 2015 ini.
“Kami ingin dapatkan manfaatkan. Tapi, kami punya kekhawatiran kami tak dapat bersaing dengan negara dan perusahaan yang lebih maju,” ujar Chairman Serge Pun and Associates Myanmar Global Agenda Council on Transparency and Anti Corruption Serge Pun dalam salah satu diskusi World Economy Forum on East Asia dengan tema ASEAN’s Global Impact di Jakarta.
Menurutnya, kekhawatiran dan keraguan atas MEA dialami mayoritas oleh para UKM. Hal ini terjadi karena kurangnya pendidikan dan pemahaman. Serge menuturkan, kekhawatiran tersebut diketahui pemerintah setelah diadakan survei soal MEA. Di mana, 80% dari pelaku UKM tidak paham mengenal MEA.
Meski demikian, pihaknya meyakini hal itu bisa diatasi saat pelaksanaan MEA nanti dengan melihat manfaat yang didapatkan.
“MEA sudah dibicarakan bertahun-tahun dan ini cara yang terbaik,” ungkap dia.
Secara terpisah, Presiden Joko Widodo meminta pengusaha Indonesia agar tidak perlu khawatir dibukanya pasar bebas antar kawasan ASEAN atau MEA 2015 karena negara lain di kawasan ini juga mengalami kekhawatiran yang sama.
Dalam sejumlah pertemuan dengan pimpinan pemerintahan di ASEAN, Jokowi mengambil kesimpulan bahwa ternyata mereka juga takut karena tidak memerkirakan apa yang terjadi dengan MEA.
“Artinya saudara-saudara enggak usah takut, mereka takut juga kok, dan yang paling ditakuti Indonesia,” katanya.
Indonesia, lanjut Kepala Negara, memiliki potensi ekonomi luar biasa dengan jumlah penduduk 250 juta jiwa. Jumlah penduduk itu jauh lebih banyak ketimbang negara lain di kawasan yang sama berkisar 15-70 juta jiwa.
Namun, dalam menghadapi MEA, sebetulnya harus disiapkan 10 tahun sebelumnya kemudian dilakukan pengawasan.
“Kondisi sekarang enggak perlu khawatir, jangan takut-takut amat, yang penting jangan sampai peluang di dalam negeri diambil pengusaha luar,” tuturnya.
ASEAN Economic Community | Sumber: http://www.businesscircle.com.my
Sejumlah negara mulai bermanuver menyusun strategi memenangkan pasar Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015, yang memiliki potensi tak kurang dari 600 juta orang.
Ketua Bidang Dewan Pimpinan Nasional Asosiasi Pengusaha Indonesia (DPN Apindo), Soebronto Laras mengatakan, salah satu negara tersebut adalah Myanmar.
“Kita harus sadari, ada negara besar sekarang mulai terbuka, padahal tadinya tertutup. Namanya, Myanmar,” kata dia di Gedung Apindo Training Centre, Jakarta.
Soebronto memaparkan bahwa Myanmar telah merombak tatanan dagang, industri, investasinya dan lain sebagainya. “Dulu enggak ada orang boleh beli tanah di Myanmar. Belakangan baru saja Jepang masuk beli tanah di situ. Pemerintah Myanmar membuka fasilitas itu,” sambungnya.
Dengan masuknya investasi asing, lapangan kerja di Myanmar juga terbuka. Di sisi lain, produsen menjadi bersemangat dengan terbukanya Myanmar, karena faktor efisiensi.
“Triangle Myanmar, Laos, Kamboja sangat kuat didukung China di waktu lampau. Ini harus kita lihat. Jadi kalau China enggak boleh masuk ke Indonesia karena dikhawatirkan akan memukul UKM kita, mereka dengan gampang masuk Myanmar. Barang tetap masuk bukan lagi Made in China, tapi Made in Myanmar yang notabene ASEAN,” lanjut Soebronto.
Selain Myanmar, Soebronto juga mencontohkan negara lain yang telah bermanuver, yakni Thailand. Negara tersebut membuka ASEAN production facility.
“Ada beberapa hektar dibuka untuk mereka (Tiongkok) agar masuk ke situ. Kembali lagi, merek China, Made in Thailand. Akan masuk ke Indonesia dengan ‘Made in Thailand’, pajak jadi 0 persen,” terang Presiden Komisaris PT. Indomobil tersebut.
Thailand pun kini sudah bisa mengekspor satu juta unit mobil per tahun. Sementara kebutuhan kawasan ASEAN diperkirakan mencapai 2,3 juta unit per tahun.
Di sisi lain, Indonesia baru bisa memproduksi 1,3 juta unit mobil per tahun. “Yang bermain sekarang bukan lagi kita. Tinggal bagaimana principal itu, seperti Toyota, Suzuki, Honda. Mana negara yang paling bagus?,” ujarnya.
Para pekerja profesional di Vietnam dinilai percaya diri dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (Asean Economic Community/AEC). Perusahaan perekrutan pekerjaan di Vietnam telah melakukan survei terhadap 2.500 pekerja profesional dari perusahaan dengan berbagai skala bisnis di seluruh Vietnam, hasilnya sebanyak 92% melihat pemberlakuan MEA sebagai kesempatan untuk mengembangkan karir dan 70% merasa memiliki kemampuan cukup untuk bersaing dengan pekerja asing.
MEA, seperti dilansir vietnamplus, diperkirakan bisa menciptakan 14 juta lapangan kerja baru di kawasan Asia Tenggara. Saat MEA diberlakukan, aliran bebas tenaga kerja terampil sangat mungkin terjadi. Hal itu terutama terjadi pada delapan profesi pekerjaan, yakni arsitek , insinyur, surveyor, dokter, dokter gigi, perawat, akuntan, dan pemandu atau pekerja profesional di bidang pariwisata. MEA akan resmi berlaku mulai 31 Desember 2015.
Pyu Huynh, ekonom yang khusus menyoroti tenaga kerja dari Organisasi Butuh Internasional (ILO) yang berkantor di Bangkok menyatakan bahwa persepsi yang dimiliki pekerja profesional di Vietnam menunjukkan bahwa tenaga kerja di Vietnam sangat dinamis.
Pekerja di negara tesebut sangat ingin mengejar kesempatan pekerjaan baru, mereka merasamemiliki pendidikan dasar yang baik, kemampuan literasi yang kuat, dan kemampuan akuntansi yang baik.
“Namun demikian, pekerja di Vietnam tetap menghadapi pesaingan yang ketat dengan pekerja dari negara tetangga, terutama dari sisi penguasaaan bahasa yang lebih baik, kemampuan teknologi, dan keahlian profesi,” kata dia.
Pada 2014, Vietnam memiliki 5 juta pekerja namun hanya 10% di antaranya memiiki kualitas tinggi atau tenaga kerja yang bisa secara langsung ditempatkan pada posisi tertentu. Dalam laporan yang dibuat ILO tahun lalu, produktivitas tenaga kerja Vietnam juga ternyata 11 kali lebih rendah dari Republik Korea, 12 kali lebih rendah dari Jepang, dan 18 kali lebih rendah dari Singapura. Bank Dunia juga menyatakan, angka partisipasi kasar di sekolah tinggi di Vietnam pada 2010 juga hanya 65% sedangkan di Republik Korea bisa mencapai 95%.
Phung Quang Huy, dari Biro Pengusaha Kadin Vietnam menuturkan, perdagangan bebas MEA memang memberikan prospek atau harapan baru bagi Vietnam, meski hal ini menjadi tantangan bersama pekerja yang tidak cukup kompetitif.
“Pekerja berkualitas dapat mengejar peluang pekerjaan yang lebih baik di luar Vietnam atau di negara Asean lainnya, tapi ada juga kemungkinan bahwa pekerja asing akan mengambil pekerjaan di dalam negeri Vietnam yang memang memiliki nilai tambah,” ujar dia.
Travelling menjadi hobi yang semakin digemari masyarakat Indonesia baru-baru ini. Mengisi waktu senggang dengan melancong ke berbagai objek wisata lokal maupun mancanegara menjadi kegiatan seru untuk melepas penat pasca melakukan kegiatan rutin sehari-hari seperti bekerja atau kuliah. Kalau kamu sedang berencana liburan ke salah satu negara anggota ASEAN, Filipina, jangan sampai ketinggalan menyaksikan 5 festival unik berikut ini, ya!
Aliwan Fiesta
Sumber: shotnroll.com
Festival unik ini merupakan satu acara budaya tahunan terbesar di Filipina. Setiap kota di Filipina berpartisipasi dalam mewakilkan kontingen mereka untuk memamerkan budaya atau hasil kerajinan. Karya yang disajikan berupa parade tari, pawai mobil hias, sampai kontes kecantikan. Ada yang menarik dari festival ini, nih. Bagi peserta atau kontingen yang menang akan mendapat hadiah uang sebesar 70.000 Dollar! Asyiknya lagi, untuk menyaksikan festival ini tidak dipungut biaya sepeser pun alias gratis! Aliwan Fiesta bisa kamu saksikan di Kompleks Star City, Pasay.
Philippines International Hot Air Balloon Festival
Sumber: blog.benetton.com
Acara utama festival ini adalah parade balon udara. Bentuk yang unik serta corak warna yang beragam dari balon udara menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan. Tenang saja, kalau kamu bosan dengan balon udara, masih ada pameran lain seperti wakeboarding, kite flying, parade of festivals, live bands, cultural presentations, festival memasak, demonstrasi kerajinan dan car show. Harga untuk menyaksikan festival ini adalah 200 Peso. Kamu bisa menikmati festival ini di Lubao, Pampanga, Filipina.
Ati-Atihan Festival
Sumber: vigattintourism.com
Festival yang dijuluki “Ibu dari semua festival” ini ternyata sudah lebih dari 700 tahun dirayakan oleh suku asli bernama Aetas. Ati-Atihan Festival diadakan setiap Minggu ketiga bulan Januari. Rangkaian acara diramaikan dengan tarian, musik dan lain-lain. Festival ini juga gratis untuk wisatawan, lho! Kamu bisa temui festival di Kalibo Propindi Aklan, Filipina.
Cebu Reggae Festival
Sumber: outofownblog.com
Bagi kamu pecinta musik reggae, kamu wajib datang ke festival yang dimulai pada tahun 1987 oleh organisasi pengelola musik reggae, Harambe Society, ini. Uniknya, alat musik yang dipakai merupakan kolaborasi dari alat musik tradisional Filipina dengan alat musik dari Jamaica. Perayaan ini berlangsung selama 3 hari dari pukul 4 sore. Untuk menyaksikannya, kamu harus merogoh kocek sebesar 180 Peso dan destinasi yang harus kamu tuju adalah Cebu City.
Pagoda Festival
Sumber: www.mb.com.ph
Kalau kamu pergi ke Filipina dan berkunjung ke Bulacan Central Luzon, pastikan kamu tidak melewatkan festival yang satu ini. Festival Pagoda adalah pesta rakyat yang diadakan untuk peringatan menghormati Salib Suci Wawa yang digelar setiap Minggu pertama bulan Juli. Acara yang dilakukan adalah berkeliling kota sambil membawa salib. Untuk melihat festival ini, kamu tidak perlu keluar uang atau gratis.
Tertarik untuk menyaksikan kelima festival unik diatas, Inspirator?
Hai Inspirator! Ditengah obrolan hangat mengenai Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), Inspirator Freak mau berbagi wawasan mengenai anggota ASEAN yang satu ini. Yap, Singapura yang terkenal dengan singa laut akan menjadi bahasan kita kali ini. Yuk kita bahas Singapura lebih dalam!
Profil Singapura
Ibukota : Singapura
Mata uang : Dolar Singapura
Presiden : Tony Tan Keng Yam
Perdana menteri : Lee Hsien Loong
Lagu kebangsaan : Majulah Singapura
Bahasa nasional : Bahasa Melayu, Inggris
Agama mayoritas : Buddha
Luas wilayah : 716 km2
Luas perairan (%) : 1,4
Bergabung dengan ASEAN : 8 Agustus 1967 (Deklarasi Bangkok)
Sumber: nationsonline.org
Letak Singapura
Terletak di 1°15′-1°26′ Lintang Utara 103°40′-104° Bujur Timur, Singapura berdekatan dengan Malaysia dan Indonesia, sehingga iklim yang ada di Singapura pun tak jauh berbeda. Iklim tropis dengan suhu berkisar antara 22 to 34 °C (71.6 to 93.2 °F) akan berlangsung sepanjang tahun, diakhiri dengan musim penghujan di bulan November hingga Desember setelah melewati bulan paling panas di bulan Mei hingga Juni. Pemerintahan Singapura
Kabinet Singapura (Sumber: mediacorp.sg)
Pemerintahan Singapura berbentuk republik parlementer, dengan presiden sebagai kepala negara dan perdana menteri sebagai kepala pemerintahan.
Penduduk Singapura
Sumber: commons.wikimedia.org
Sebagai negara dengan warga asing terbanyak keenam di dunia, 5.3 juta penduduk Singapura (tahun 2015) terdiri dari berbagai etnis. Etnis Tionghoa yang merupakan mayoritas menjadikan agama Buddha memiliki persentase tertinggi dibandingkan agama lain. Selain etnis Tionghoa, terdapat pula etnis Melayu, India, Arab dan berbagai etnis lain.
Penduduk Singapura menggunakan bahasa Inggris (bahasa pengajar di seluruh sekolah Singapura), Mandarin, dan Tamil selain bahasa Melayu.
Pendidikan di Singapura tidak jauh berbeda dengan Indonesia, diawali dengan sekolah dasar, sekolah menengah, hingga menempuh tingkat perguruan tinggi/universitas. Universitas yang banyak diincar pelajar dari berbagai negara diantaranya National University of Singapura (NUS) dan Nanyang Technology University (NTU).
Dalam hal transportasi, tersedia Mass Rapid Transit (MRT) dan bus yang biasa digunakan penduduk untuk beraktivitas sehari-hari, dengan tarif sesuai jarak yang ditempuh. MRT mempercepat perjalanan dengan biaya yang lebih mahal daripada bus.
Sejarah Singapura
Singapura modern banyak dipengaruhi oleh Sir Thomas Stamford Raffles, bermula pada abad 19, dengan politik dan ide perdagangannya.
Raffles menyadari besarnya potensi Singapura sebagai perdagangan bebas dan berusaha menjadikan Singapura sebagai pos perdagangan. Tak lama, kota ini pun berkembang sebagai pusat perdagangan dan tempat penyaluran barang, menarik imigran dari Tiongkok, India, Kepulauan Malaysia, dan lainnya.
Pada 1822, Raffles mencanangkan Raffles Town Plan, yang juga dikenal sebagai Jackson Plan, untuk mengatasi masalah ketidakteraturan yang makin parah di koloni. Daerah pemukiman etnis dipisahkan menjadi empat wilayah. European Town dihuni oleh pedagang Eropa, Eurasia, dan orang Asia yang kaya-raya, sedangkan etnis Tionghoa diletakkan di Chinatown dan disisi tenggara Singapura River. Etnis India bermukim di Kampong Chulia di utara Chinatown, dan Kampong Glam menampung warga Muslim, etnis Melayu, dan Arab yang bermigrasi ke Singapura.
Pada 8 Desember 1941, Jepang menyerang Singapura dan berakhir dengan menyerahnya pasukan Sekutu kepada Jepang pada 15 Februari 1942. Ketika Jepang menyerah pada tahun 1945, pulau ini diserahkan kepada Pemerintahan Militer Inggris. Pada April 1946, Singapura menjadi negara Koloni Kerajaan Inggris hingga pada 1959, bertumbuhnya jiwa nasionalisme mengarah pada pemerintahan mandiri dan pemilihan umum pertama yang diadakan di Singapura. People’s Action Party (PAP) memenangkan sebagian besar dari 43 kursi dan Lee Kuan Yew menjadi perdana menteri pertama Singapura.
Pada tahun 1963, Federasi Malaya, Singapura, Sarawak, dan Kalimatan Utara (sekarang Sabah) membentuk Malaysia untuk mendorong hubungan yang lebih dekat. Namun, penyatuan Singapura dengan negara lainnya terbukti gagal sehingga Singapura meninggalkan Malaysia untuk menjadi negara demokratis yang merdeka dan berdaulat. Singapura secara resmi memperoleh kedaulatan pada 9 Agustus 1965. Yusof bin Ishak disumpah sebagai presiden, dan Lee Kuan Yew menjadi perdana menteri pertama Republik Singapura.
Dikutip dari yoursingapore.com.
Nah Inspirator, ternyata Singapura memiliki banyak kesamaan dengan Indonesia lho, jadi tetap optimis, kalau mereka bisa menjadi negara maju, mengapa kita tidak?
Keep Breathing Keep Inspiring!
Penulis : Timothy Wiradanny
Editor : Nindya Kharisma Cahyaningtyas
Setiap negara tentunya punya cara tersendiri dalam merayakan tahun baru, begitupun dengan Kamboja. Negara ini memiliki sebuah festival tradisional menarik bernama Sus`Dei Chnam Thmei yang berlangsung selama 3 hari yang biasanya diadakan sekitar tanggal 13 atau 14 April. Semua orang baik warga lokal maupun turis asing tumpah ruah di jalan-jalan kota Kamboja. Bagi masyarakat Kamboja festival tradisional ini menjadi ajang untuk mengucapkan syukur atas kebahagiaan, kedamaian dan keberhasilan yang telah mereka capai selama setahun. Festival ini terdiri dari 3 hari yang masing-masing diberi nama Moha Songkran, Wanabat dan Tanai Lieang Saka.
1.Hari Pertama, Moha Songkran
Hari pertama tahun baru Khmer disebut Moha Songkran. Masyarakat setempat memiliki kepercayaan bahwa pada hari itu muncul kehadiran dewa dan malaikat-malaikat baru yang ditugaskan untuk melindungi dunia selama satu tahun ke depan. Untuk menyambut hari ini, biasanya masyarakat lokal membersihkan dan menghias diri mereka sendiri. Mereka juga berlomba-lomba untuk membersihkan rumah sendiri dan menghias rumah mereka masing-masing. Masyarakat di sana berlomba-lomba menghias rumah mereka sendiri semenarik mungkin untuk menyambut dewa dan malaikat baru. Bagi mereka kegiatan itu merupakan upaya untuk memulai tahun baru tidak diawali dengan nasib buruk. Kegiatan tersebut merupakan wujud harapan mereka agar tahun depan bisa membawa kebahagiaan dan kedamaian.
Selain menghias rumah sendiri, setiap keluarga juga menyiapkan sajian makanan-makanan seperti buah-buahan, kue, hingga dupa yang dihiasi dengan bunga-bunga sebagai tanda harapan rumah dan orang-orang di dalamnya dilindungi hingga akhir tahun.
You must know, kalangan anak muda di Kamboja pada hari itu lagi gencar-gencarnya mencari jodoh loh. Karena hari itu merupakan hari yang dinilai berkah untuk mendapatkan calon pengantin. Wow!.
2.Hari Kedua, Wanabat
Masyarakat Kamboja biasanya menyiapkan makanan untuk disantap bersama | Sumber: guidodingemans.photoshelter.com
Hari kedua ini disebut juga “Hari Memberi”. Pada hari inilah setiap anggota keluarga saling berbagi kebahagiaan. Anak-anak memberikan hadiah kepada orang tua dan kakek-nenek mereka. Sementara itu anak-anak biasanya akan memperoleh baju baru dari keluarganya. Masyarakat Kamboja juga memberikan bantuan uang dan pakaian kepada orang-orang yang membutuhkan.
3.Hari Ketiga, Tanai Lieang Saka
Hari ini disebut “Awal Baru” setelah menjalani dua hari festival tersebut. Masyarakat setempat berpergian mencari berkah dari para biarawan pada pagi hari. Di jalan-jalan dan di tempat umum, orang saling melemparkan air, bedak hingga tepung kepada satu sama lain sebagai bentuk keceriaan dan suka cita mereka. Bagi mereka yang jauh dari keluarga, biasanya hari ini dimanfaatkan untuk mudik pulang kampung bertemu kembali dengan sanak keluarga.
Yap selama tiga hari itu masyarakat Kamboja bersuka-cita mereka bertemu dengan keluarga, reuni dengan sahabat atau teman-teman lama, bertukar kabar tentang kehidupan mereka sekaligus menjadikan festival ini sebagai ajang nostalgila bukan nostalgia loh. Selama festival ini juga ada beragam macam seni pertunjukan tradisional. Setelah festival ini selesai masyarakat Kamboja kembali beraktivitas semula sembari membawa harapan bahwa mereka bisa memperoleh kebahagiaan kembali selama satu tahun ke depan.
Akhir 2015 silam, negara-negara ASEAN menyepakati keberadaan ASEAN Community atau Masyarakat Ekonomi ASEAN dengan harapan 10 negara yang tergabung di dalam ASEAN nantinya akan bisa mengambil peluang dan manfaat dari aliran bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil dan arus modal yang lebih bebas di seluruh wilayah Kamboja.
Kehadiran MEA diprediksikan akan mampu meningkatkan pendapatan rill Kamboja sebesar 4,4%, peningkatan ekspor sebesar 5,3% dan investasi swasta sebesar 24,8%. Namun Kamboja masih terus berbenah diri dalam menghadapi MEA mengingat masih banyaknya beragam infrastruktur jalan, transportasi, pelabuhan, serta keterbatasan pasokan listrik lokal dan telekomunikasi yang belum memadai menjadi perhatian serius Kamboja saat ini.
Masyarakat Kamboja | Sumber: http://phnompost.com/
Menurut Peneliti Cambodia Development Resource Institute, Hing Vutha, berdasarkan laporan persiapan Kamboja Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN mengatakan bahwa rumitnya birokrasi dan urusan logistik dalam ekspor Kamboja masih menjadi kendala utama dalam peningkatan ekonomi di Kamboja.
Hing Vutha juga menyebutkan Kamboja masih dikatakan tertinggal dalam hal pendidikan dan keterampilan. Angka Melek Huruf di negeri ini cukup besar sebesar 73,9% pada tahun 2012. Mayoritas pekerja pun didominasi oleh tenaga kerja yang hanya menempuh pendidikan hingga tingkat sekolah dasar. Padahal ASEAN sudah memiliki kesepakatan Perjanjian Saling Pengakuan yang berisi standar kualifikasi profesi yang harus dipatuhi oleh negara-negara ASEAN.
Anak-Anak Kamboja | Sumber: http://perth.jollypeople.com/
Oleh karena itu Hing Vutha menekankan pentingnya persiapan Kamboja untuk memperhatikan peningkatan kualitas pendidikan sebagai prioritas utama membenahi Kamboja demi menciptakan sumber daya manusia berkualitas dan berdaya saing. Hing juga menjelaskan bahwa untuk saat ini dengan hadirnya tenaga-tenaga kerja profesional dari ASEAN diharapkan masyarakat Kamboja juga bisa belajar dari mereka untuk mengisi minimnya kualitas tenaga kerja.
Dalam jangka panjang, Hing menyarankan pemerintah Kamboja harus konsisten dalam membenahi kualitas pendidikan dan sumber daya manusia di Kamboja agar negeri tersebut bisa menghasilkan tenaga kerja terampil dan bisa mengurangi ketergantungan tenaga kerja terampil dari negara-negara ASEAN lainnya.