Kabar Komunitas

Campus citizen journalist
Sumber foto: Dokumentasi pribadi

Asa kemampuan menulis saat ini sedang menjadi tren kalangan kaum muda. Banyak media online maupun stasiun televisi yang bersaing ketat untuk menggandeng kaum muda. Salah satunya, stasiun televisi swasta di Jakarta, yaitu SCTV menarik kaum muda dengan hadirnya komunitas Campus Citizen Journalist yang berada di bawah naungan Liputan6.com. Tak hanya itu, Liputan6.com pun juga membuat komunitas untuk umum, yaitu Sahabat Liputan 6 yang digolongkan bukan status mahasiswa lagi.

Era kejayaan ngeblog pun sudah terjadi 2-3 tahun belakangan. Tapi tak semua orang suka untuk menulis dalam blog. Agar tidak menjadi penikmat media saja, Liputan6.com mengajak anak muda dengan menyumbang melalui tulisan, foto maupun video. Tulisan bisa diakses melalui forum www.liputan6.com. Tulisan yang ingin di-publish pun bebas. Untuk bisa tayang di Liputan6.com, nantinya tulisan itu akan dicek oleh tim editor dahulu.

Campus citizen journalist
Sumber foto: Dokumentasi pribadi

“Sejak Maret 2016, berdirinya Campus Citizen Journalist ini bertujuan untuk berbagi ilmu kepada teman-teman dan saya sebagai orang yang handle komunitas di Liputan6.com, saya seperti mempertemukan tim redaksi Liputan6.com kepada mahasiswa,” ujar Sulistyo Hadi, selaku Head of Community Liputan6.com.

Komunitas ini memiliki berbagai acara yang tentunya dinanti oleh mahasiswa maupun umum. Acara yang dibuat dalam skala kecil. Seperti Inspirato, yang diadakan setiap bulan dengan menghadirkan orang-orang yang dapat menginspirasi komunitas ini.

Tak jarang, Liputan6.com mengajak komunitas ini untuk bekerja sama dengan berbagai pihak, seperti Pertamina dalam kegiatan Edu Trip, Wika, Pura Angkasa 2 dalam menyambut terminal bandara 3 Soekarno-Hatta, dan coming soon Toyota dalam acara Journalist Camp untuk menyambut Hari Sumpah Pemuda. Biasanya, anggota yang hadir dalam acara, akan diarahkan untuk menulis artikel dengan tema yang sesuai dalam acara tersebut. Nantinya, akan ada beberapa tulisan terbaik yang akan mendapatkan hadiahnya.

Komunitas ini tidak hanya diminati oleh mahasiswa dari Jabodetabek saja lho. Bahkan ada juga dari kampus di daerah Ciamis hingga Sumatera Utara. Untuk dari kalangan umum pun, mayoritas para blogger. Nah, bila kamu ingin karya tulisanmu dilihat banyak orang, tidak ada salahnya kamu gabung dalam komunitas ini kok.

 

Keep Breathing, Keep Inspiring!

Penulis: Indah Nur Wijayanti

Editor  : Siti Ayu Handayani

Inspirator Freak

Twitter: @InspiratorFreak

Facebook : facebook.com/InspiratorFreak

LINE : @inspiratorfreak (menggunakan @)

Nila Kresna: Berbicara Untuk Menginspirasi
NIla Kresna, Founder Komunitas Senang Bicara

Suka public speaking tapi gak interest untuk jadi host atau presenter? Suka public speaking tapi kurang percaya diri? Atau suka public speaking sekaligus ingin berkomunitas? Senang Bicara jawabannya.

Komunitas Senang Bicara adalah komunitas public speaking dan wadah berkumpulnya anak-anak muda Indonesia dan orang-orang yang tertarik untuk pengembangan diri . Senang Bicara melatih  bagaimana  berbicara yang baik dan benar, terstruktur, efisien dan efektif.

“ Konten dan konteks jelas, apa yang kita sampaikan bermanfaat untuk orang lain dan yang paling penting adalah ketika kita berbicara orang lain akan terinspirasi.” Ujar Nila Kresna, Founder  Senang Bicara.

Mendalami public speaking sejak tahun  2008 dan mengikuti kursus, Nila menyadari bahwa public speaking tidak hanya milik seorang host dan presenter tv-radio saja. Menurutnya, public speaking milik siapapun yang membutuhkan dalam kehidupan sehari-hari, baik itu di rumah, sekolah, kantor dan kehidupan sosial.

“Kadang kita banyak bicara tetapi tidak tahu makna bicara kita apa. Misalnya seorang  bos, anak buahnya di kantor patuh ketika dia bicara. Tetapi ketika dirumah, anaknya tidak mau mendengarkan. Saya berpikir, alangkah idealnya jika suatu saat ada wadah berkumpulnya orang-orang yang belajar public speaking yang mungkin tidak mampu mengikuti kursus di lembaga pendidikan khusus, atau juga waktunya terbatas, atau tidak pede mengikuti.”  ujarnya.  Pada tahun  2011, akhirnya Nila mendirikan komunitas senang bicara.

Nila Kresna: Berbicara Untuk Menginspirasi
Nila Kresna bersama anggota komunitas Senang Bicara

Mengenai nama komunitas yang berbeda dan unik, Nila beralasan, cukup banyak komunitas yang sama memiliki nama public speaking. Ia berpikir penggunanaan nama berbahasa Inggris  terlalu berat dan terkesan untuk kalangan tertentu. Ia pun memutuskan memakai nama Senang Bicara ketika mendapat ide dalam sebuah perjalanan udaranya.

“Dengan nama senang bicara saya ingin membawa public speaking ke suatu image dan kondisi kita belajar, kita bicara yang baik dan benar tanpa memikirkan kita akan menjadi presenter dan host.” ujarnya. Nila mencontohkan, anak-anak muda sekarang idenya banyak tetapi mereka bingung untuk menyampaikan, kadang-kadang takut untuk menyampaikan dan ada juga yang bisa tetapi masih berantakan. Maka, dengan belajar public speaking mereka akan lebih percaya diri untuk menyampaikan gagasannya.

Nila berharap adanya komunitas ini bisa menjadi wadah yang berperan untuk memajukan anak-anak Indonesia, bagaimana mereka bersikap, bertutur kata, yang sopan dan santun serta menginspirasi untuk lingkungannya dan indonesia.

Nah, untuk Inspirator yang tertarik untuk belajar public speaking, bisa langsung cek www.senangbicara.com

Keep Breathing, Keep Inspiring!

Penulis : Ifa Ikah

Inspirator Freak

Mengabdi dari Sokola Rimba
Sumber: hipwee.com

Di dalam kesempatan acara Inspirato yang digelar di studio 8 SCTV, Butet Manurung selaku pendiri Sokola Rimba hadir sebagai pembicara yang menginspirasi anak muda.

Pendidikan tentunya sangatlah penting bagi setiap orang untuk bertahan hidup. Tapi, bagaimana dengan pendidikan untuk anak-anak rimba? Tentunya pendidikan formal tidaklah sama dengan anak-anak rimba. Butet Manurung, mendirikan Sokola Rimba untuk menyebarkan pendidikan bagi anak-anak di pelosok Indonesia yang belum mendapatkan pendidikan.

Apakah visi dan misi Sokola Rimba berjalan lancar? Suatu kegiatan apalagi sebagai pendiri Sokola Rimba yang pertama, tidaklah mudah. Banyak hal-hal yang harus ditempuh selama berdirinya Sokola Rimba yang sudah menginjak usia 13 tahun. Keterbatasan dana pun kerap dialaminya, maka dari itu ia harus mencari sponsor untuk tetap menjalankan Sokola Rimba.

Untuk berhasil menjalankan Sokola Rimba, Butet Manurung dan para pengajar harus melakukan pendekatan dengan anak-anak rimba. Salah satunya, mengenakan pakaian adat di sana, yang hanya berbalut kain untuk dijadikan celana maupun kemben. Memakai jilbab meskipun ia bukanlah seorang muslim, untuk menyesuaikan dengan masyarakat di Aceh.

Mengabdi dari Sokola Rimba
Tim Inspirator Freak bersama dengan Butet Manurung, pendiri Sokola Rimba (foto: dokumentasi pribadi)

Tantangan apa saja selama mengajar? Anak-anak rimba tidak bisa berbahasa Indonesia dan para pengajar pun juga tidak mengerti bahasa mereka. Inilah awal para pengajar untuk menyesuaikan diri. Para pengajar membuat kamus hidup selama tinggal di sana.

Seringkali para pengajar berpindah-pindah karena ditolak warga. Mereka takut dengan orang asing, karena mereka mengira para pengajar ini akan membunuh mereka nantinya. Tiap malam, para warga bergantian untuk berjaga sambil memegang parang. Bila pengajar melakukan kesalahan, mereka akan langsung mengusirnya dari wilayah sana.

Anak-anak rimba tidak bisa belajar dalam kelas dengan duduk manis di kursi dan meja belajar. Dengan proses belajar seperti itu, membuat anak-anak rimba menjadi sulit untuk konsentrasi dalam belajar. Mereka akan lebih suka dan cepat tanggap bila belajar di tanah lapang dan sambil guling-gulingan.

Sebagian besar masyarakat rimba buta huruf. Maka seringkali mereka ditipu dalam jual beli tanah. Dengan iming-iming, jika kamu cap jempol di kertas ini, nanti kamu akan dapat 5 karung makanan.

Pernah kegiatan belajar ini dilakukan secara mengumpat karena tidak mendapat dukungan dari masyarakat setempat. Ada kejadian di mana orang asing datang untuk mengambil tanah dengan cara menipu. Seorang anak yang dididik belajar secara mengumpat pun, meminta surat perjanjian. Lantas dengan sontak, sang pengajar pun kaget apakah anak itu bisa melakukannya. Bahkah sang pengajar pun mendapat ancaman akan dipecahkan kepalanya dari bapak si anak tersebut.

Alhasil, anak tersebut bisa membaca surat perjanjian itu. Membuat pengajar juga masyarakat rimba terpukau dan membuat Sokola Rimba mendapatkan izin untuk melakukan proses kegiatan belajar.

Pada dasarnya, anak-anak rimba lebih kritis dibandingkan pelajar di sekolah formal. Setiap materi yang diberikan, mereka selalu menanyakan kenapa harus belajar ini dan itu? Apa gunanya untuk kami? Mereka pernah diperlihatkan bagaimana kehidupan di kota, dan lagi-lagi mereka menanyakan hal yang sama. “Mereka kok betah duduk selama 8 jam sih, bu? Dengan meja yang luasnya tidak lebih dari 2 meter. Terus nanti duitnya dari mana? Mereka bekerjanya hanya duduk saja.”

Sejauh ini, Sokola Rimba berhasil menjalankan visi dan misinya di berbagai kota, di antaranya Jambi, Aceh, Jogja, dan Makassar. Untuk saat ini, Sokola Rimba akan memulai di wilayah Jember, Jawa Timur, wilayah setempat dengan tingkat buta huruf 1:3 orang. Untuk kamu yang ingin bergabung sebagai pengajar dan mendapatkan pengalaman berharga sebagai guru, tidak ada salahnya bisa langsung join ke situsnya di @rumasokola atau www.facebook.com/sokolarimba

 

Keep Breathing, Keep Inspiring!

Penulis: Indah Nurwijayanti

Editor  : Siti Ayu Handayani

Inspirator Freak

Twitter: @InspiratorFreak

Facebook : facebook.com/InspiratorFreak

LINE : @inspiratorfreak (menggunakan @)

Komunitas Pasukan Bijak Sampah
Sumber: Dokumentasi pribadi

Aksi sosial memang harus terus dibudayakan sejak dini. Terlebih, generasi muda saat ini masih jarang untuk mau dan terlibat dalam kegiatan sosial. Ada sebuah komunitas yang bergerak di bidang lingkungan, yaitu komunitas Pasukan Bijak Sampah (PBS). Merupakan komunitas gagasan dari Waste4Change. Dari namanya, tentu kalian sudah tahu dong, Inspirator. Ya, komunitas ini bergerak untuk memerangi pengelolaan sampah tidak bertanggung jawab dengan cara edukasi dan mencontohkan pengelolaan sampah terpadu. Tujuannya untuk mendekatkan masyarakat pada pengelolaan sampah yang bertanggung jawab. Bagaimana caranya?

Pasukan Bijak Sampah
Sumber: Dokumentasi pribadi

Pertama, para anggota yang tergabung dalam komunitas ini akan diajak pelatihan langsung di area komposting, tempatnya seperti Tempat Pengelolaan Sampah Reuse, Reduce, Recycle (TPS 3R). Di tempat ini, sampah bukan hanya diakhiri begitu saja. Namun, sampah akan dipilah berdasarkan jenisnya. Mereka akan diajarkan ada berapa jenis sampah yang kita gunakan sehari-hari, kemudian memilah sampah sesuai jenisnya. Dan kamu akan merasa menyesal, ketika mengetahui seberapa banyak sampah yang kamu hasilkan setiap harinya.

Pada saat sesi memilah sampah, kamu akan menyadari bahwa memilah sampah saat sampah sudah mencampur jadi satu itu sangatlah sulit. Maka dari itu, komunitas ini akan mengkampanyekan memilah sampah di awal, bukan di akhir. Jadi, jangan biasakan membuang sampah langsung pada tempatnya, melainkan pilah sampah dahulu pada tempatnya.

Inspirator, sudahkah kamu memilah sampah? Jika belum, yuk lakukan dari hal terkecil. Jika kamu terbiasa beraktivitas di luar rumah, biasakan menggunakan tumbler yuk! Gerakan kecil ini bila dilakukan dengan serentak akan meminimalisirkan penggunaan botol minum sekali pakai.

Aktivitasmu berkaitan dengan berkas dan dokumen? Nah, kamu juga bisa lho, menggunakan kertas bekas untuk mencetak dokumen. Atau kamu bisa juga mencetak dokumen dengan bolak-balik pada satu lembar kertas.

Pasukan Bijak Sampah
Sumber: Dokumentasi pribadi

Pasukan Bijak Sampah juga pernah diundang dalam kegiatan Clean Up Jakarta Day, gerakan membersihkan sampah di Jakarta dari Gelora Bung Karno hingga Bundaran HI. Tak luput, komunitas ini juga sering diundang dalam berbagai acara untuk mengkampanyekan kepada masyarakat yang hadir dalam acara tersebut.

Karena Pasukan Bijak Sampah berada di bawah naungan Waste4Change, agenda PBS juga ada berkebun loh. Berkebun dilakukan di Farm4Life. Di sini tempat di mana semua sampah yang ada di area komposting yang telah dipilah, akan dijadikan pupuk kompos maupun biji plastik. Dari hasil panen berkebun ini, bisa dijual kembali untuk para pengolah kebun itu sendiri, lho. Sedikit tindakan, luar biasa dampaknya. Apakah kamu masih enggan untuk merubah pola hidup #BebasSampah2020?

 

Keep Breathing, Keep Inspiring!

Penulis: Indah Nurwijayanti

Editor  : Siti Ayu Handayani

Inspirator Freak

Twitter: @InspiratorFreak

Facebook : facebook.com/InspiratorFreak

LINE : @inspiratorfreak (menggunakan @)

 

Transmania, Wadah Anak Muda Belajar Dunia Pertelevisian

Kamu suka menonton televisi? Pernah mendengar TRANSMANIA? Ini adalah salah satu komunitas yang cocok buat kamu yang tertarik dengan media pertelevisian. Transmania dibentuk untuk anak muda pecinta Trans TV, terbuka untuk siswa/i SMA maupun mahasiswa/i (18-22 tahun) dan komunitas ini dibina oleh tim Marketing dan Public Relation Trans TV.

Beragam kegiatan bisa kamu dapatkan bila bergabung di komunitas ini. Mulai dari menjadi crew off-air, supporting program, hingga requirement trans career. Wah, kebayangkan betapa serunya bila kamu ikut terlibat di balik layar televisi. Sekilas memang kegiatan yang dilakukan anggota Transmania seperti anak magang umumnya. Namun, masih banyak plus-plusnya jika menjadi anggota komunitas ini.

  1. Akses Masuk

Tidak semua orang bisa masuk gedung Trans TV seenaknya. Selain karyawan maupun anak magang, Transmaniapun juga bisa, kok! Dengan seragam komunitas, itu sudah menjadi IDnya mereka.

  1. Orang Pertama

Sebagai anggota, ibaratnya kamu ini kan juga masyarakat biasa. Tapi, kamu bisa jadi orang pertama yang tahu bagaimana proses sebuah program di Trans TV ini berjalan sebagaimana mestinya jika kamu bergabung di komunitas ini.

  1. Belajar Gratis

Ilmu itu kan bisa datang dari mana saja, kapan saja, dan kepada siapa saja. Mumpung kamu sudah berada di komunitas ini, manfaatin deh untuk menyerap ilmu dari pakarnya langsung. Kamu mau jadi kameramen? Tinggal nanya-nanya aja gimana cara shoot, ambil angle enaknya dari mana, dll. Begitu pula jika kamu berminat sama divisi lain.

Tapi, biasanya untuk nugas (sebutan tugas untuk anggota transmania), jobdesk selalu digilir. Mulai dari mengatur penonton, bagiin tiket, bantuin floor director, artistik, wardrobe, hingga ikut diskusi bareng tim kreatif.

  1. Ketemu Idola

“Bagai ditibang pulung!” Kalau kamu nugas, ternyata guest star-nya itu idola kamu. Wihh, siapa sangka jika selama ini hanya bisa menatap di depan kaca, sekarang kamu bisa menatapnya dengan mata telanjang. Terlebih lagi, jika kamu nugas dibagian wardrobe, kamu sendiri yang menyiapkan baju dan segala keperluannya mereka. Menarik bukan?

  1. Tidak Terbatas

Magang maksimal hanya 3 bulan, tapi untuk anggota transmania bisa seterusnya. Kebanyakan anak magang yang ditempatkan dibagian produksi itu jarang sekali, maka buat kamu yang menjadi anggotanya, banyak-banyak bersyukur karena bisa menyoba beberapa posisi di sana.

Transmania, Wadah Anak Muda Belajar Dunia Pertelevisian

Tidak hanya kegiatan dari Trans TV aja, tapi mereka juga punya program kegiatan lain yang tentunya untuk menjalin silaturahim sesama anggota, seperti diantaranya Kopdar Transmania, Transmania Broadcasting Camp, Jambore Trans TV, Kelas Kartini, dan Campus Ambassador.

Keep Breathing, Keep Inspiring!

Penulis: Indah Nurwijayanti

Editor  : Nindya Kharisma Cahyaningtyas

Inspirator Freak

Twitter : @InspiratorFreak

Facebook : facebook.com/InspiratorFreak

Instagram : @inspirator_freak

Web : www.inspiratorfreak.com

LINE : @inspiratorfreak (menggunakan @)

Untuk Papua

Papua, tanah ujung timur Indonesia nan penuh pesona. Papua dengan berbagai keindahan alam dan keanekaragaman hayati yang luar biasa, dibalut secara alamiah dengan nuansa budaya yang khas, menjadikan Papua “Surga dari Timur Indonesia”. Papua menyimpan berbagai sumber daya yang luar biasa, menjadikan Bumi Cendrawasih terkenal ke seluruh penjuru nusantara. Inilah yang dilakukan oleh #UntukPapua.

Namun, dibalik keindahan dan kekayaan alam yang luar biasa justru tidak dibarengi dengan kualitas sumber daya manusia yang kurang memadai, hidup dalam tingkat pendidikan yang rendah, ketimpangan ekonomi, menjadikan Papua tidak memperoleh apa yang seharusnya menjadi hak mereka.

Berangkat dari pemahaman tersebut, kami, pemuda dan pemudi di Yogyakarta bersatu membentuk sebuah gerakan yang kami namakan #UntukPapua, sebuah forum dan komunitas yang menginisiasi pembangunan di Papua, tidak hanya dalam hal pembangunan fisik, melainkan yang lebih penting ialah pembangunan sumber daya manusia. Kami bertekad dan saling bahu membahu, untuk turut serta berperan aktif dalam “mencerdaskan kehidupan bangsa”, serta mendorong rasa empati dan memberikan kontribusi bagi pembangunan Papua.

Kami meyakini bahwa masyarakat Papua memiliki potensi yang luar biasa dan sangat disayangkan apabila tidak dikembangkan. Dengan kerinduan yang mendalam untuk membuat suatu perubahan, kami siap membantu masyarakat Papua untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Dengan membawa tagline ”Langkah Nyata Untuk Pendidikan di Papua ”, kami berupaya untuk membawa semangat cinta kami sekaligus menanamkan nilai kebangsaan sekaligus rasa bangga sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Setiap tahun #Untukpapua berusaha memberikan kontribusi nyatanya dengan turun langsung ke lapangan untuk bersama warga Papua untuk mewujudkan harapan dan keinginan adik – adik di Papua. 3 tahun berjalan, #Untukpapua telah membuat 2 Rumah belajar yang dibangun atas dasar cinta dan keinginan bersama untuk mewujudkan pendidikan yang lebih baik. Selain itu #Untukpapua pun berusaha mendengar lebih dalam keinginan dan harapan dari para guru – guru yang mengajar di pedalaman maupun di pesisir,

Tahun ini #Untukpapua kembali berusaha untuk mewujudkan impian adik-adik di Papua melalui pembuatan Rumah belajar di Keerom Papua (dalam jangka panjang) serta program jangka pendek ialah pengumpulan 1000 seragam sekolah baru untuk adik-adik kita di Wamena , hal ini bertujuan untuk membangun motivasi dan semangat bersekolah bagi adik-adik kita di Wamena.

Melalui kerjasama dengan berbagai elemen masyarakat,#Untukpapua mencoba mewujudkan impian adik-adik kita di Papua.

Salah satunya kami bekerjasama dengan Mark Plus Inc sebagai salah satu langkah nyata kami untuk mewujudkan impian adik-adik kita di Papua. Melalui talkshow sederhana dengan beberapa speaker diantaranya Jonath Christian Susanto (Founder Inspirator Freak) , Adeline ( Communication Executive campaign) , Luthfi ( Marketing & Communication Shout Cap), Enda (CEO Sebangsa & Komunita ID) serta Gilbert pohan ( Pencipta lagu Papuaku Papuamu) dan Yusri Dinuth (personal Papua Voices). Selain itu menampilkan  musik campaign khas Papua, kami hadir untuk memperkenalkan kepada masyarakat Jakarta untuk dapat bisa berkolaborasi dan berkontribusi bersama untuk mewujudkan 1000 seragam sekolah untuk Wamena dan rumah belajar Keerom.

Untuk Papua
kiri ke kanan, perwakilan dari shout cap, perwakilan dari campaign dan founder dari InspiratorFreak.com

Pada kesempatan kali ini juga, #Untukpapua memperkenalkan program – program #Untukpapua melalui merchandise dan foto kegiatan #Untukpapua selama 3 tahun berjalan. Selain itu masyarakat Jakarta disuguhkan dengan musik khas Papua dan lagu campaign dari #Untukpapua yang di lantunkan oleh Papua Voices sebagai salah satu divisi musik dari #Untukpapua.

1 Donasi yang anda berikan, akan kami wujdkan 1 seragam sekolah baru untuk adik – adik kita di Wamena ataupun akan kami wujudkan dalam bentuk rumah belajar Keerom di Papua.

Poster Untuk Papua

Merchandise Untuk Papua Merchandise Untuk Papua Merchandise Untuk Papua Merchandise Untuk Papua

Untuk informasi lebih lanjut terkait semua kegiatan dapat dilihat  diantaranya :

www.untukpapua.com

Instagram        : @Untukpapua

Path                 : Untukpapua

Line Account ; @Oxq2535F

Fan Page FB   : Untukpapua

Cp                   : 081932102027

Sumber: tempo.co

Tidak semua orang seberuntung kita. Dalam berbagai hal termasuk pendidikan atau mungkin kehidupan. Yang harus kita lakukan adalah merangkul mereka untuk bersama-sama bangkit dari keterpurukan. Namun, semua itu perlu berangkat dari keperdulian. Bagaimana kita tidak egois hanya memikirkan diri kita sendiri. Namun juga orang lain yang ada di sekitar kita.

Berangkat dari kepedulian jugalah komunitas ini dibentuk. Komunitas Satoe Atap merupakan bentuk kepedulian mahasiswa dan mahasiswi Semarang atas kehidupan anak-anak yang kurang beruntung termasuk anak jalanan. Mungkin banyak yang memandang dengan sebelah mata menilai bahwa komunitas seperti ini hanya lalu lalang saja. Namun, komunitas Satoe Atap berhasil mempertahankan konsistensi mereka untuk berkontribusi selama 9 tahun.

Satoe Atap sendiri singkatan dari Sayang Itoe Asli Tanpa Pamrih. Sepertinya filosofi ini sudah melekat pada komunitas Satoe Atap sendiri. Yang awalnya hanya keprihatinan mahasiswa akan anak-anak yang pada jam sekolah malah melakukan hal yang tidak semestinya menjadi sesuatu yang besar dan tentunya bermanfaat untuk sekitar.

Sekarang ini Komunitas Satoe Atap mempunyai beberapa kegiatan. Yang pertama kegiatan belajar dan bermain yang diadakan di dua tempat yang berbeda yaitu spot suroja dan spot tanggul. Yang kedua adalah kegiatan keliling Indonesia. Keliling Indonesia disini bukan benar-benar keliling Indonesia namun mengenalkan budaya yang tersebar di Indonesia. Sangat menarik bukan? Konsepnya sendiri akan mengikuti provinsi yang dituju tiap minggu. Sehingga, anak-anak tidak hanya belajar materi yang ada namun juga belajar kebudayaan.

Kegiatan selanjutnya adalah Bazaar for Kids, seusai namanya acara  yang diadakan setahun sekali ini berupanya untuk memberikan sesuatu seperti alat tulis dan lain sebagainya yang biasanya dari donator kepada adik-adik. Namun, juga dengan memberikan edukasi dengan konsep “berbelanja” kebutuhan mereka dengan token atau koin untuk dapat ditukarkan. Sehingga, mereka dapat belajar berhitung dan menentukan prioritas mereka. Selain itu ada beberapa kegiatan lain seperti Ulang Tahun dan Hompipah.

Nah, Inspirator, semoga komunitas ini dapat memberikan inspirasi kepada kalian ya. Untuk selalu perduli dengan sekitar. Dimulai dari hal yang kecil. Karena, keperdulian adalah awal untuk mendalami sesuatu. Jadi, dimanapun kita berada kita harus bisa membuka mata dan hati kita untuk dapat melihat serta merasakan apa yang orang lain lihat dan rasakan.

Keep Breathing, Keep Inspiring!

Penulis : Noviyanti

Editor   : Dylan Aprialdo Rachman

Inspirator Freak

Twitter: @InspiratorFreak

Facebook : facebook.com/InspiratorFreak

LINE : @inspiratorfreak (menggunakan @)

Pernahkah Inspirator mendengar nama “Dreamdelion”? Yap, betul sekali. Dreamdelion merupakan sebuah komunitas yang berbasis social entrepreneur. Salah satu program unggulannya yaitu Dreamdelion Cerdas. Program ini kemudian diwujudkan dalam bentuk Sanggar Belajar Dreamdelion yang akan kita bahas kali ini Inspirator.

Berlokasi tidak jauh dari Stasiun Manggarai, sanggar belajar ini diselenggarakan setiap hari Minggu dari jam 10 hingga 12 siang. Sanggar belajar ini didirikan oleh Alia Noor Anoviar dan teman-temannya sejak tahun 2012. Ide pendiriannya berawal dari tugas pembuatan PKM (Program Kreativitas Mahasiswa) bidang Pengabdian Masyarakat yang dilakukan sewaktu kuliah. Dalam pelaksanaannya, sanggar belajar ini dibantu oleh fasilitator-fasilitator sukarelawan atau yang lebih akrab dipanggil “fasil”. Saat ini, anak-anak yang dididik di sanggar belajar ini telah berjumlah sekitar 80 anak.

Sanggar Belajar Dreamdelion
Ilustrasi: Anak-anak Sanggar Belajar Dreamdelion sedang berbaris sebelum memulai kegiatan

Program pendidikan yang diberikan di sanggar belajar ini berfokus pada pendidikan karakter. Salah satunya yaitu mengajarkan anak-anak berperilaku sopan santun dan hormat kepada orang lain khususnya orang tua. Hal ini bisa terlihat saat sebelum kelas dimulai, anak-anak dibiasakan berbaris terlebih dahulu kemudian bersalaman dengan fasil-fasil satu per satu. Setiap minggu, materi yang disampaikan berbeda-beda namun tetap dibawakan dengan cara yang kreatif dan menyenangkan.

Sanggar Belajar Dreamdelion
Ilustrasi: Anak-anak Sanggar Belajar Dreamdelion sedang belajar bersama fasil-fasil

Seperti saat belajar perilaku hormat dan santun, anak-anak diminta untuk menggunting gambar-gambar contoh perilaku sopan dan tidak sopan dalam kehidupan sehari-hari, kemudian menempelkannya pada selembar kertas dan mengelompokkannya dengan memberi emoticon senyum untuk perilaku sopan dan emoticon marah untuk perilaku tidak sopan. Semua ini dilakukan di dalam kelompok-kelompok kecil yang didampingi oleh seorang fasil sehingga anak-anak mampu menyerap informasi yang disampaikan dengan lebih efektif. Di akhir sesi, beberapa anak menceritakan kembali kegiatan yang dilakukan pada hari tersebut dan sekaligus menjadi contoh bagi teman-temannya.

Sanggar Belajar Dreamdelion
Ilustrasi: Anak-anak Sanggar Belajar Dreamdelion terlihat senang saat menunjukkan hasil karya mereka

Jika Inspirator tertarik belajar dan bermain dengan anak-anak disini, Sanggar Belajar Dreamdelion sedang Open Recruitment untuk “fasil”, lho. Inspirator bisa daftar disini http://bit.ly/oprecsanggar2016. Dengan meluangkan sedikit waktu di akhir pekan, kita bisa menjadi agen-agen perubahan yang membimbing generasi muda ini meraih masa depan yang lebih baik.

Seperti makna dibalik nama “Dreamdelion” yang berasal dari kata ”dream” dan ”bunga dandelion” yakni impian untuk menyebarkan mimpi ke mana saja dan tumbuh di mana saja untuk mewujudkannya. Semoga akan semakin banyak lahir dreamdelion baru yang membawa semangat positif untuk Indonesia.

 

Keep Breathing, Keep Inspiring!

Penulis: Nindya Kharisma Cahyaningtyas

Editor  : Siti Ayu Handayani

Inspirator Freak

Twitter : @InspiratorFreak

Facebook : facebook.com/InspiratorFreak

Instagram : @inspirator_freak

Web : www.inspiratorfreak.com

LINE : @inspiratorfreak (menggunakan @)

KENDOS adalah sebuah komunitas berbasis lari.. Apakah KENDOS itu? Artinya apa? Kenapa pakai nama itu?
Pada 26 April 2014, di Surabaya enam orang anak muda yang biasa berlari 4-5 km mencoba berlari dengan jarak yang lebih jauh, yaitu sekitar 12 km. Namun di tengah perjalanan ada salah satu orang yang berteriak “Kentolku mbledos rek.. aku nggak kuat…”

Dari situlah komunitas KENDOS lahir… KENDOS, berasal dari kata Kentol Mbledos (bahasa Jawa) yang berarti betis meledak (karena berlari terlalu jauh)..

Seiring dengan berjalannya waktu, anggota komunitas ini bertambah… dari 6 orang menjadi 12 orang dan ssampai sekarang sudah ada sekitar 80 orang yang tergabung dalam komunitas ini….

KENDOS adalah sebuah nama lokal namun berwawasan internasional, kami mempunyai misi untuk terus mengembangan dunia olahraga lari serta memberi kebebasan anggotanya untuk berkarya..

KENDOS terbuka bagi siapa saja, tidak memandang umur, golongan, agama, suku, pekerjaan, strata sosial, pendidikan dll. Asal mau berolahraga dan mau maju kami akan senang hati menerima siapa saja yang ingin bergabung dengan kami.

Kegiatan KENDOS tidak hanya soal lari, tetapi kami juga terbuka terhadap komunitas lain yang bahkan tidak ada hubungannya dengan lari. Sebagai contoh, KENDOS pernah berkerja sama dengan Surabaya Neuroscience Institute untuk membagikan 2000 apel di beberapa titik protokol Surabaya. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap penyakit stroke. Selain itu, sebagai bukti kepedulian terhadap alam, KENDOS juga pernah mengikuti acara menanam mangrove. KENDOS juga terlibat aktif dalam kampanye #DietKresek yang diadakan oleh HiLo Green Community.

Kendos Runner

Ada beberapa event lari dan marathon yang pernah KENDOS ikuti, seperti Bali Marathon dan Bromo Marathon. Tak ketinggalan juga banyak event Fun Run dan International Run yang KENDOS ikuti. Bukan hanya berlari di jalan, tetapi Kendos juga sudah beberapa kali mengikuti event Trail Run dan Ultra Run seperti Bromo Tengger Semeru, Coast To Coast, Mesastila Challange Ultra, dan lain-lain. Bahkan ada angoota KENDOS yang sudah mengikuti Hongkong Vibram Ultra juga.

Selain event lari, kita juga beberapa kali membantu penyelenggaraan event lari sebagai marshal, seperti pada event Safari Run 2015, Kompas Gramedia Night Fun Run 2015, dan masih banyak lagi. Bahkan, KENDOS juga pernah menyelenggarakan event lari secara full-pack, yaitu pada event KulineRun 2016, yaitu event lari dalam rangka pembukaan Food Junction Pakuwon Surabaya.

Kami mengundang siapa saja yang ingin bergabung dengan komunitas lari untuk datang di Parking Lot Convex Grand City Surabaya setiap hari Rabu, pukul 19.30. KENDOS juga punya akun Instagram di @kendos_runners, akun Facebook di Kendos Runners..
#FunInEveryRun

#ndangmlayuo

Semoga KENDOS ke depannya menjadi sebuah komunitas yang besar, berkualitas dan bermanfaat.. Amin..

Pesona keindahan alam Papua tersohor ke mana-mana. Beberapa tahun terakhir pariwisata Papua menyita perhatian para wisatawan dalam maupun luar negeri dan menjadi salah satu destinasi wisata yang wajib dikunjungi. Kenyataan ini berbanding terbalik dengan permasalahan sosial yang ada di Papua yang luput dari perhatian banyak orang.

Sebuah komunitas yang berasal dari Universitas Gajah Mada (UGM) menggagas gerakan #UntukPapua yang bertujuan untuk membantu setiap anak di Papua agar bisa mendapatkan pendidikan tanpa terhambat keterbatasan. Kemudian terbentuklah batch pertama yang beranggotakan 30 orang mahasiswa dengan latar belakang disiplin ilmu yang berbeda, namun memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk mewujudkan impian masyarakat Papua dengan sentuhan pendidikan.

“Masyarakat Papua kurang mengenal pendidikan sehingga tidak tahu harus melakukan apa. Kita mau membantu mereka bersama pemerintah setempat melalui pendidikan,” ungkap Rasi Sadra Rausanfikri, anggota komunitas #UntukPapua ketika ditemui Inspirator Freak dalam sebuah acara.

Sosialisasi Program #UntukPapua Batch 2 Kaimana
Foto: Dokumentasi #UntukPapua
Foto kegiatan Kampung Manyaifun (21) Batch 1
Dokumentasi #UntukPapua

Dalam perjalanannya sejak berdiri pada 2013, komunitas yang didirikan sekaligus diketuai oleh Fajar Surya ini berhasil mendirikan Rumah Belajar pertama di Kampung Manyaifun, Distrik Waigeo Barat, Kepulauan Raja Ampat, Papua Barat. Rumah Belajar ini bertujuan sebagai rumah kedua untuk bersosialisasi dan melakukan berbagai aktivitas kreatif yang berhubungan dengan pendidikan.

Selain mewujudkan Rumah Belajar, komunitas #UntukPapua memberikan program pemberdayaan masyarakat di berbagai bidang seperti kesehatan, ekonomi, pendidikan, dan agro (pertanian). Pada tahun 2015, #UntukPapua melakukan kegiatan dengan fokus program tiga hal di antaranya dari segi pendidikan, pengembangan wilayah, dan pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

“Untuk tahun ini kita fokus ke Supiori, salah satu kota di Provinsi Papua. Kita akan membangun daerah wisata yang mempunyai perekonomian sendiri dengan didasari pendidikan. Kita juga akan mengedukasi mayarakat untuk membangun desa wisata dan memiliki oleh-oleh sendiri yaitu keripik tempe sagu karena di Papua itu banyak sagu dan kita akan memanfaatkan apa yang ada di sana hingga menjadi oleh-oleh khas Supiori,” ujar mahasiswi Fakultas Kedokteran Hewan UGM ini.

Kegiatan sosialisasi komunitas #UntukPapua di Jakarta (foto: Ifa)
Kegiatan sosialisasi komunitas #UntukPapua di Jakarta (foto: Ifa)

Untuk merealisasikan program-programnya, komunitas #UntukPapua melakukan sosialisasi baik melalui media sosial maupun kegiatan roadshow ke beberapa sekolah di Yogyakarta dan Jakarta. Selain itu juga untuk memperkenalkan sebuah buku dokumentasi perjalanan selama mengabdi di Papua berjudul “Jejak Kaki di Timur Negeri” dan memperkenalkan Papua melalui lagu “Papuaku Papuamu” yang dibawakan oleh Papua’s Voice. Komunitas #UntukPapua tentu berharap upayanya ini dapat meningkatkan kesadaran dan dukungan secara real untuk membantu mewujudkan impian dan harapan dari adik-adik di Papua dalam bentuk Rumah Belajar dan Rumah Produksi di Papua Barat dan Papua.

Keep Breathing, Keep Inspiring!

Penulis: Ifa Ikah

Editor  : Siti Ayu Handayani

Inspirator Freak

Twitter: @InspiratorFreak

Facebook : facebook.com/InspiratorFreak

LINE : @inspiratorfreak (menggunakan @)
Skip to toolbar