Puisi Nomor Tujuh

Puisi Nomor Tujuh

Orang Yunani percaya ada tiga saudara yang terus berkeliling dengan keretanya setiap hari, Helios yang membawa matahari, Eos yang membawa senja, dan Selene yang membawa bulan. Mereka berkeliling bergantian seolah membawa tongkat estafet waktu setiap hari.

Kadang hidup kita seperti itu, berkeliling setiap hari. Ada mereka yang disebut sebagai manusia pagi, siang, sore, ataupun malam. Kita selalu salah satu dari mereka ketika kita memutuskan terjaga dan tidak tidur. Siapakah mereka?

Puisi nomor tujuh…

 

Puisi Nomor Tujuh

Aku bangun di kala fajar,

Ketika semua orang terbangun dan bekerja…

Saat semua orang tak terduga hadir menyambut matahari

Mereka yang tak pernah lelah bekerja

Dan menyempatkan waktunya untuk berdiri tegap,

Kala insan masih terlelap.

 

Di bawah terik mentari,

Kala sang hari tengah berada di pusat kehidupan

Saat bermandikan cahaya dan peluh menetes deras

Disanalah semua orang berdiri,

Mencari nafkah demi sesuap nasi

dan belajar memahami seorang demi yang lain,

Kami semua manusia, yang memikul beban kehidupan.

 

Senja kala manisnya sang surya memudar sirna

Itulah kala cakrawala tengah berubah jingga.

Tiada kata tanpa manis serupa

Angin bertiup ke arah sang nyiur kelapa

Istirahat setelah sehari penuh bekerja

Dipenuhi segala tegur dan sapa

Namun tengah hampir habislah dunia

Dan saat terbangun, berakhirlah segala.

 

Kala malam tiba,

Gelap pun membahana

Suara itu terus bercerita

Tentang sepanjang hari yang bahagia

Kala lelah mulai meraja

Hari yang akan berakhir penuh suka

Lalu terlelaplah mata,

Tenggelam bersama bintang dan manisnya sinar rembulan.

NO COMMENTS

Leave a Reply