Tags Posts tagged with "MEA"

MEA

4 pencapaian besar ASEAN di usi ke-49 tahun
Ilustrasi | Sumber: vov1.vov.vn

Selamat Ulang Tahun ASEAN! Memasuki usia yang ke-49, organisasi geo-politik dan ekonomi dari negara-negara di kawasan Asia Tenggara atau populer dengan sebutan ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) ini menunjukkan pencapaian-pencapaian besar tak hanya di kawasan ASEAN tetapi juga di dunia. Berikut 4 pencapaian besar ASEAN di usia ke-49 tahun.

1. Perkuat Iklim Investasi

Para Menteri Ekonomi ASEAN sepakat untuk melakukan kerja sama dengan United States Trade Representatives (USTR) di bidang investasi, menyusun draft Terms of Reference (TOR) mengenai potensi ASEAN-Canada Free Trade Agreement dengan mencermati dinamika perdagangan internasional dan meningkatkan nilai perdagangan barang, jasa, dan investasi kedua belah pihak.

Selain menjalin kerja sama dengan USTR dan Kanada, ASEAN juga bertekad meningkatkan hubungan kerja sama yang saling menguntungkan dengan Rusia. Fokus dari kerja sama tersebut antara lain di bidang investasi, finansial, transportasi, e-commerce, energi, pertanian, serta perekonomian maritim termasuk Illegal, Unreported, and Unregulated (IUU) Fishing.

2. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

Menjadi pasar ketiga di Asia dan ketujuh di dunia merupakan pencapaian besar bagi ASEAN, suatu perubahan yang berdampak besar bagi perdagangan dan masyarakat Asia secara umum. Dari pencapaian ini ada tiga sektor yang paling merasakan dampaknya yaitu sosial, ekonomi, dan budaya. Fakta tersebut didukung oleh temuan pencapaian MEA pada November 2015 yang ditulis pada ASEAN Integration Report 2015, isi laporan tersebut mengupas pencapaian, evaluasi, dan dampak MEA secara umum.

3. Meningkatnya Pasar E-Commerce

Pertumbuhan e-commerce semakin meningkat. Menurut data Euromonitor, Indonesia telah menjadi pasar e-commerce terbesar di Asia Tenggara. Hal ini tidak lepas dari tingginya pengguna internet yang mencapai 88,1 juta jiwa. Ditambah dengan pengguna media sosial sebanyak 79 juta dengan jumlah penduduk 259,1 juta jiwa. Pada 2014, Euromonitor mencatat bahwa penjualan online Indonesia mencapai US$ 1,1 miliar, lebih tinggi dari Thailand dan Singapura.

4. Kawasan Bebas Senjata Nuklir Asia Tenggara

Kawasan Bebas Senjata Nuklir Asia Tenggara atau Southeast Asia Nuclear Weapon Free Zone (SEANWFZ) adalah suatu kesepakatan di antara negara-negara Asia Tenggara untuk mengamankan kawasan ASEAN dari nuklir.

Semoga di perayaan lahirnya organisasi ini semakin meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, dan pengembangan kebudayaan negara-negara anggotanya, serta memajukan perdamaian ASEAN dan dunia ya, Inspirator.

 

Penulis: Ifa Ikah

Editor  : Siti Ayu Handayani

Inspirator Freak

Twitter : @InspiratorFreak

Facebook : facebook.com/InspiratorFreak

Instagram : @inspiratorfreak

Web : www.inspiratorfreak.com

LINE : @inspiratorfreak (menggunakan @)

singgasana MEA

Sejak diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN pada akhir 2015 lalu, secara tidak langsung ASEAN telah membangun sebuah singgasana bagi kesepuluh negara tergabung untuk menunjukkan taringnya dalam segi ekonomi kepada dunia. Tentunya untuk membuat sebuah singgasana yang kuat, kita memerlukan fondasi yang juga kokoh. Sebagai perhimpunan yang telah didirikan sejak tahun 1967, ASEAN tentunya sudah menyiapkan empat pilar yang akan menopang singgasana perekonomian bangsa. Berikut adalah keempat pilar penopang MEA :

img-01

Pilar yang pertama bertujuan untuk menjadikan ASEAN sebagai satu entitas pasar. Sehingga persoalan bea cukai, standarisasi tenaga kerja, dan investasi antar negara akan menjadi lebih mudah. Toh, pasarnya sudah punya bersama kok.

img-02

Setelah mengembangkan pasar ASEAN bermaksud untuk meningkatkan daya saing dari produk yang dijual di dalam pasar tersebut. Berbagai negara terlibat bahkan wilayah kawasan akan berlomba-lomba untuk menghasilkan produk terbaik. Tidak dapat diragukan juga kalau kolaborasi antar negara juga akan menjadi sarana yang baik untuk mendongkrak kualitas produk tertentu.

img-03

Karena bisnis selalu erat dengan persaingan, pilar ini disusun dengan tujuan agar komunitas ekonomi ASEAN mendapatkan tingkat kesejahteraan yang sesuai. Harapannya MEA ini mampu untuk menghapus gap ekonomi yang berlebihan antar negara.

img-04

Dengan pembentukan sistem perekonomian ASEAN yang bersatu, bukan berarti kita melepaskan diri dari perekonomian global. Malah dengan menyatukan diri dalam sektor perekonomian. Diharapkan agar kita menjadi siap untuk bersaing dan go internasional.

Setelah mengetahui keempat pilar tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa MEA memiliki tujuan yang baik untuk mengangkat singgasana perekonomian ASEAN menjadi lebih kuat, lebih tinggi, dan lebih diakui di dunia global. (baca juga : 5 Dampak MEA dalam Pertumbuhan Ekonomi ) Untuk itu kita sebagai bagian dari ASEAN juga harus ingat untuk mengambil peran untuk perubahan yang lebih baik ya! Salam pemuda ASEAN!

Inspirator Freak
Keep Breathing, Keep Inspiring!

Penulis : Ryan Sucipto

Editor   : Dylan Aprialdo Rachman

Inspirator Freak

Twitter: @InspiratorFreak

Facebook : facebook.com/InspiratorFreak

LINE : @inspiratorfreak (menggunakan @)

Sejak pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada akhir tahun 2015, akses barang dan jasa akan sangat mudah masuk ke Indonesia, khususnya dari negara-negara ASEAN. Sebagai negara dengan luas wilayah terbesar dan jumlah penduduk terbanyak di kawasan Asia Tenggara, Indonesia adalah pasar yang strategis bagi produk-produk asing.

Saat ini, Indonesia telah membuka lebih dari 30 profesi bagi tenaga kerja asing. Pada tahun-tahun berikutnya, dapat diprediksi bahwa masyarakat Indonesia akan terus bersaing ketat dengan tenaga kerja maupun produk-produk luar negeri. Daya beli (konsumsi) masyarakat Indonesia yang begitu tinggi merupakan peluang bagi negara lain untuk memasarkan produk negaranya ke Indonesia.

Selama ini, membeli dan menggunakan produk luar negeri ataupun produk dengan brand terkenal telah menjadi tren di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya anak muda. Pada dasarnya, kualitas produk dalam negeri tidak kalah dengan produk asing, akan tetapi, gaya hidup anak muda Indonesia yang menciptakan paradigma bahwa menggunakan produk luar negeri adalah sebuah gaya hidup yang prestisius menyebabkan produk-produk dalam negeri kurang diminati oleh anak muda Indonesia.

Keren Pake Lokal atau #kerenpakelokal adalah sebuah kampanye yang digagas oleh Inspirator Freak, komunitas anak muda Indonesia yang fokus membahas isu-isu terkait Masyarakat Ekonomi ASEAN. Memanfaatkan perkembangan dunia digital, kampanye #kerenpakelokal disebarkan melalui media sosial khususnya Instagram, dimulai sejak April 2016, kampanye ini mengajak anak muda Indonesia untuk upload foto atau videonya di Instagram dengan menggunakan tagar #kerenpakelokal.

Kampanye ini bertujuan untuk mengubah paradigma yang berkembang dalam kehidupan masyarakat Indonesia. #kerenpakelokal bergerak untuk menjadikan produk-produk Indonesia menjadi tuan rumah di negaranya sendiri dengan cara meningkatkan kesadaran dan kepedulian anak muda Indonesia akan produk-produk dalam negeri.

Dengan adanya kampanye ini, diharapkan produk-produk Indonesia mampu berkembang, berinovasi, serta bersaing dengan produk luar negeri. Selain itu, daya beli produk dalam negeri yang terus meningkat akan membantu pertumbuhan ekonomi Indonesia. Antusiasme masyarakat Indonesia akan kampanye ini akan terus berlanjut apabila pihak-pihak yang menjalankan kampanye ini terus bergerak untuk mempromosikan produk-produk dalam negeri. Tagarmu menjadi salah satu bentuk kontribusimu untuk Indonesia yang lebih baik dalam menghadapi MEA. Yuk, suarakan tagarmu dengan cara :

  1. Upload foto/videomu ketika membeli atau menggunakan produk lokal (makanan, minuman, pakaian, peralatan kecantikan, dan sebagainya).
  2. Gunakan tagar #kerenpakelokal lalu tag foto/videomu ke @KerenPakeLokal
  3. Mention tiga temanmu dan tantang mereka melakukan hal yag sama
  4. Gunakan dan dukung selalu produk lokal Indonesia ^^

Yuk, #kerenpakelokal!

 

Inspirator Freak

Twitter: @InspiratorFreak

Facebook : facebook.com/InspiratorFreak

LINE : @inspiratorfreak (menggunakan @)

#KERENPAKELOKAL untuk Memenangi MEA
Sumber : life.viva.co.id

Ironi, saat industri lokal gencar-gencarnya didorong untuk berevolusi dengan produknya, namun masyarakat Indonesia masih enggan untuk berpaling dari barang-barang branded dunia padahal secara kualitas mungkin tidak jauh berbeda. Sebagian masyarakat masih beranggapan bahwa memakai produk branded apalagi kalau dari luar neger itu keren, padahal #kerenpakelokal itu jauh lebih keren loh! Nyatanya, banyak produk lokal anak Indonesia yang mendunia. Bahkan, beberapa artis dunia memakai produk Indonesia untuk menunjang penampilannya loh!

Para produsen produk lokal terus berupaya meningkatkan kualitas dan kreatifitas produknya, Inspirator dapat membuktikannya di pameran INACRAF 2016 yang sedang berlangsung di JCC, Senayan mulai tanggal 20 sampai 24 April 2015. Cukup dengan membayar 25.000 rupiah kamu bisa menemukan lebih dari 1.200 produsen dengan beragam produk-produknya. Yuk coba buktikan kalau #kerenpakelokal itu emang beneran keren!

Kini, Indonesia telah memasuki era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang mana pasar sekitar ASEAN akan semakin bebas. Arus masuk produk-produk asing akan semakin bebas sehingga persaingan pun akan semakin ketat. Sofyan Djalil, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, berujar bahwa sebenarnya Indonesia bisa dengan mudah memenangi persaingan tersebut.

Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar 250 juta jiwa menjadi target pasar yang paling besar dan empuk, maka dari itu salah satu cara yang paling jitu adalah dengan #kerenpakelokal. Bahkan, Sofyan pun yakin bahwa produk Indonesia akan menjadi pemenang di era MEA jika masyarakat Indonesia memakai produk-produk lokal. Karena dengan memakai produk lokal akan banyak keuntungan yang akan didapatkan hingga Indonesia bisa memenangi MEA. Bukan tidak mungkin lagi kelak Indonesia akan seperti Korea Selatan yang dulu sempat terpuruk dan sekarang menjadi negara maju yang pesat.

Sebagai konsumen, masyarakat juga harus tetap kritis dalam melihat produk-produk lokal yang akan digunakan. Tindakan kritis ini merupakan cara agar para produsen juga terus melakukan pengembangan kualitas dan kreatifitas produknya. Dilain sisi, pemerintah melalui Menteri Perdagangan juga hendaknya terus memantau dan memastikan produsen produk lokal menghasilkan produk berkualitas yang sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI). Hal-hal tersebut dilakukan agar masyarakat semakin tergugah untuk mulai menggunakan produk-produk lokal.

Yuk #kerenpakelokal!

 

Keep Breathing Keep Inspiring!

Penulis    : Andreas Maydian Puspito

Editor      : Andreas Maydian Puspito

Inspirator Freak

Twitter: @InspiratorFreak

Facebook : facebook.com/InspiratorFreak

LINE : @inspiratorfreak (menggunakan @)

Sumber: http://www.jjn.cz/

Oleh: Muhammad Latief

Kapan terakhir Anda berbincang dengan orang asing dalam bahasa Inggris? Dengan tamu Anda, dengan klien bisnis, atau mungkin calon pacar bule Anda?

Sejenak, ingatan melayang pada konsep English day. Bagaimana rasanya diolok-olok ketika Anda terbata-bata berbicara bahasa Inggris dengan teman komunitas “nginggris sehari” itu, lantaran Anda merasa menjadi minoritas dalam sebuah pergaulan?

Boleh jadi, Anda akan diolok-olok lantaran bicara yang terbata-bata. Bahkan, Anda akan ditertawai, gegara salah memakaigrammar, atau vocabulary yang salah tempat.

Bisa jadi pula, Anda mungkin dianggap sok. Sok nginggris, maksudnya, lantaran di sekeliling Anda semua memakai bahasa Indonesia, bahasa sehari-hari yang resmi.

Di sisi lain, English day menjadi kewajiban komunitas Anda agar anggota komunitas ini tak lagi gagap berbahasa Inggris ketika berhadapan dengan orang asing yang jadi mitra bisnisnya atau sekadar lawan bicara. Tak ada lagi yang berbicara terbata-bata untuk menjawab bule yang seenaknya melontarkan pernyataan atau pertanyaan tanpa lebih dulu bertanya, “Can you speak English, Sir?”.

Bak di neraka

Tergagap-gagap. Mau ngomong satu kata saja tiba-tiba tertahan, ingin bicara panjang pun seketika buyar. Isi kepala serasa hilang entah ke mana. Raib!

Mulut benar-benar terkatup, enggan terbuka. Lidah kelu, bikin bicara menjadi susah. Lalu, serasa langit mau runtuh, seisi ruang rapat seolah memperhatikan si pemilik mulut yang sedang susah berkata-kata.

Pernah mengalami kejadian seperti itu ketika berhadapan dengan orang asing yang berbahasa Inggris? Atau, melihat teman kerja Anda seperti mati kutu saat tak siap ditanya atau berbicara dalam bahasa Inggris oleh bule-bule yang tak lain adalah klien bisnis Anda?

Boleh jadi, tak semua orang mengalami hal itu. Sebaliknya, bisa jadi juga, sekali atau dua kali Anda atau teman Anda memang mengalami hal itu.

Bukan, bukan maksud mengatakan Anda tak bisa berbahasa Inggris. Di Indonesia, sejak SMP hingga kuliah, mata pelajaran atau mata kuliah bahasa Inggris sudah pasti diajarkan. Dalam kultur akademik, semua orang Indonesia sejatinya punya kemampuan dasar berbahasa Inggris yang masuk dalam kurikulum pendidikan nasional.

Namun, apa daya, itulah yang terjadi dan sudah menjadi rahasia umum. Mulut tak mau terbuka, susah mengeluarkan sepatah kata. Keharusan bicara dalam bahasa Inggris seperti bayang-bayang siksaan di neraka!

Tentu, terbilang sangat beruntung orang-orang yang pernah mengenyam bangku kursus bahasa Inggris berbiaya mahal semasa duduk di sekolah dasar atau menengah (SMP dan SMA). Pun, terbilang sangat bernasib bagus bagi mereka yang duduk di bangku kuliahnya aktif memakai bahasa Inggris dalam menelusuri literatur bahan skripsi atau tugas-tugas kuliah dari dosennya.

Namun, jujur saja, apa itu bikin Anda aktif berbahasa Inggris?

Mungkin, nilai bahasa Inggris yang tertera di rapor SMA Anda tergolong biru alias di atas angka 7. Tetapi, sekali lagi, jujur saja, 10 atau 15 tahun kemudian, apa itu bikin Anda lancar nginggrisketika masuk di dunia kerja atau bisnis? Anda tak susah berbincang dengan tamu-tamu bule Anda?

Urusan berbincang atau berbicara dalam bahasa Inggris memang tak selalu segendang seirama dengan angka-angka rapor atau ijazah. Dalam lingkup ilmu kebahasaan, bicara bahasa Inggris tak akan luput dari yang namanya speaking.

Ada orang yang pintar menulis atau dalam arti menerjemahkan tulisan berbahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia atau sebaliknya, tapi belum tentu lancar ketika harus mengungkapkannya lewat kata-kata. Lewat bahasa lisan. Speaking!

Memang, tak semua orang suka speaking. Toh, belum tentu juga setiap hari orang bertemu orang asing atau bule sehingga merasa tak perlu bercakap-cakap semacam itu dengan rekan kerjanya.

Boleh jadi, tak semua orang suka berbincang dalam bahasa Inggris. Toh, menulis atau membaca dalam bahasa Inggris menurunya sudah cukup dilakukannya baik.

Pertanyaannya, apakah dengan bagusnya skil menulis dalam bahasa Inggris sudah pasti lancar dalam lisannya? Sudah pasti bisa dengan lancar speaking? Belum tentu!

Memang, akan lain cerita dengan mereka yang pernah mengenyam bangku sekolah atau kuliah di luar negeri. Mereka yang pernah merasakan betapa susahnya mendapat beasiswa kuliah ke Belanda atau Inggris pun pasti tahu urusan bahasa Inggris bukan cuma soal menulis, tapi juga berbicara. Speaking!

Lalu, apakah terlambat untuk belajar nginggris ketika sudah berhadapan dengan dunia kerja atau bisnis? Bagaimana susahnya melawan gengsi lantaran sudah “bangkotan” tapi tetap dituntut bisa berbahasa Inggris yang lama tak dipakainya? Belum lagi, mahalnya biaya kursus di zaman sekarang. Lengkap sudah! (berlanjut ke “Berani Speak Up!”)

Keep Breathing, Keep Inspiring!

Sumber: Kompas.com

Editor   : Dylan Aprialdo Rachman

Inspirator Freak

Twitter: @InspiratorFreak

Facebook : facebook.com/InspiratorFreak

LINE : @inspiratorfreak (menggunakan @)

 

Sumber: http://www.jjn.cz/

Berani “speak up”

Oleh: Muhammad Latief

Scott Thornbury, ahli bahasa yang diakui secara internasional di bidang English Language Teaching (ELT), mengatakan begitu pentingnya mempelajari speaking dalam kehidupan sehari-hari. Dia menyarankan, mau tak mau, orang harus belajar dan menguasai speaking itu. Salah satu caranya, ya bicara! Speak up!

Thornbury berujar; “Speaking is so much a part of daily life that we take it for granted. The average person produces tens of thousands of words a day, although some people – like auctioneers and politicians – may produce even more than that. So natural and integral is speaking that we forget how we once struggled to achieve this ability – until, that is, we have to learn how to do it all over again in a foreign language”.

Ya, puluhan ribu kata sehari bisa keluar dari mulut orang tanpa bisa ditawar-tawar. Dan, dalam kaitannya dengan English speaking, kita lupa bahwa kita perlu berjuang untuk itu, yaitu mencapai kemampuan berbicara atau speaking secara natural. Kita harus belajar lagi cara melakukannya.

Sejauh ini, English day cuma salah satu cara paling simpel agar Anda mau dan berani speaking. Speak up! Itulah intinya. Anda berani bicara, dan benar isinya.

Dus, tak perlu membayangkan susahnya persaingan kerja dan ketatnya kompetisi bisnis pada era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang dinilai bakal mengimpor banyak tenaga kerja asing berbahasa Inggris. Tak perlu berpikir sejauh itu!

Suka atau tidak suka, bahasa Inggris adalah bahasa internasional. Itu yang harus dihadapi. Bahasa ini hadir di semua sisi kehidupan, mulai pendidikan, bisnis, teknologi, dan lain-lainnya.

Pada akhirnya, speaking sendiri merupakan soal kebiasaan. Mereka yang menimba ilmu di perguruan-perguruan tinggi kelas internasional di luar negeri, terutama berkat beasiswa, adalah orang-orang paling beruntung. Mereka, yang karena “keadaan” dan tuntutan hidup, harus berbahasa Inggris setiap hari.

Yang tidak bisa, jadi lancar berbincang. Yang sudah lancar, bahkan makin fasih berbicara, bak air yang keluar kencang dari keran. Semangatnya cuma satu, speak up! Perkara benar atau salah, itu belakangan.

Maka, satu-satunya cara adalah menciptakan kebiasaan itu menjadi natural, yaitu lewat English day. Konsep berbicara dalam bahasa Inggris sehari, meski hanya sekali dalam seminggu, bukanlah pekerjaan sia-sia. Ibarat prinsip menabung, sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit.

Setidaknya, komitmen keras merancang English day dalam sebuah komunitas bisa membuat satu perubahan kecil ketimbang tidak sama sekali. Yang tadinya tidak berani ngoceh, ke depan akan lantang bicara. Yang tadinya tegang dan bingung, sekarang lebih santai mengeluarkan kata-kata.

Memang, sebagai suatu proses belajar, English day bukan tempat bagi orang-orang yang sudah pintar atau fasih berbincang dalam bahasa Inggris. Ini tempat untuk mereka yang pernah punya dasar berbahasa Inggris, tapi tak pernah mau atau lebih tepatnya belajar berani mengungkapkannya dalam kata-kata.

Ya, apa pun bentuknya, yang namanya belajar merupakan proses usaha yang melibatkan aktivitas mental dalam diri kita, manusia, sebagai akibat dari proses interaksi aktif dengan lingkungan di sekitarnya. Tujuannya untuk memperoleh sebuah perubahan berbentuk pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, keterampilan, serta nilai-nilai baru.

Jadi, belajar berani speak up sajalah dulu, urusan belakangan! Berani membuktikan?

Keep Breathing, Keep Inspiring!

Sumber: Kompas.com

Editor   : Dylan Aprialdo Rachman

Inspirator Freak

Twitter: @InspiratorFreak

Facebook : facebook.com/InspiratorFreak

LINE : @inspiratorfreak (menggunakan @)

 

Sumber: http://webwisata.com/

Menteri Ketenagakerjaan M. Hanif Dhakiri menilai, dari segi kualitas dan kuantitas, tenaga kerja sektor pariwisata merupakan sektor yang paling siap menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Dengan berbekal kompetensi kerja dan sertifikasi, mereka siap bersaing dengan tenaga kerja dari negara ASEAN lainnya

“Mereka (pekerja sektor pariwisata) paling siap menghadapi MEA. Standar kompetensinya sudah sama dengan negara-negara lain. Sebagai contoh standar cleaning service di hotel A pasti sama dengan hotel B di negara lain, “ ujar Hanif dalam siaran persnya.

Sektor pariwisata merupakan salah satu dari delapan bidang profesi yang telah disepakati untuk MRA dalam penerapan MEA yang dimulai 31 Desember 2015. Bidang sektor lainnya adalah antara lain Engineering services, Nursing services, Architectural services, Surveying Qualifications, Medical practicioners, Dental practicioners, Accountancy Services

Hanif mengatakan selama ini, Kementerian Ketenagakerjaan dan Kementerian Pariwisata beserta seluruh stakeholder terkait terus bekerja sama untuk meningkatkan kompetensi kerja para tenaga kerja yang bergerak dibidang pariwisata,termasuk menyiapkan Standart Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) dan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI).

“Kita bisa lihat banyak tenaga kerja Indonesia yang bekerja di sektor pariwisata telah banyak tersebar di negara-negara ASEAN. Kompetensi mereka tidak kalah, apalagi ditunjang dengan sekolah-sekolah pariwisata yang menghasilkan lulusan yang siap bekerja,”kata Hanif.

Keep Breathing, Keep Inspiring!

Sumber : Kontan

Editor   : Dylan Aprialdo Rachman

Inspirator Freak

Twitter: @InspiratorFreak

Facebook : facebook.com/InspiratorFreak

LINE : @inspiratorfreak (menggunakan @)

ASEAN | Sumber: Rappler.com

Selama beberapa dekade, ekspansi ekonomi Tiongkok ke negara-negara anggota ASEAN, seperti Laos, Kamboja, Vietnam, Myanmar dan Thailand  telah memberi angin segar bagi pertumbuhan ekonomi ASEAN. Berkat investasi besarnya  terhadap keempat negara tersebut, ASEAN mampu menikmati pertumbuhan ekspor sebesar 20% per tahun. Namun, merosotnya ekonomi Tiongkok yang bersamaan dengan diberlakukannya MEA menimbulkan kekhawatiran mendalam bagi ASEAN.

Kekhawatiran ini juga dipertegas oleh Rajiv Biswas, kepala bagaian ekonomi Asia Pasifik untuk HIS Global Insight, “Tiongkok sebagai pasar utama ekspor ASEAN telah meningkatkan kerentanan bagi banyak negara ASEAN sebagai imbas dari kemunduran ekonomi Tiongkok”.

Kemerosotan ekonomi Tiongkok hingga menyebabkan devaluasi Yuan sebesar 2%, anjloknya komoditas dan pasar saham Tiongkok mau tidak mau membuat beberapa negara ASEAN, seperti Singapura dan Thailand menggigit jari. Singapura yang menduduki puncak ekonomi regional ASEAN harus merelakan prospek perusahan minyak serta perbankannya meredup sementara waktu, Begitu pula Thailand, yang  mengikhlaskan hengkangnya beberapa investor asing.  Di sisi lain, Filipina merupakan satu-satunya negara ASEAN yang berhasil lolos dari efek domino krisis Tiongkok mengingat pasar utama ekspor mereka adalah Jepang dan Indonesia.

Guna menghindari dampak kemerosotan ekonomi Tiongkok semakin meluas, ASEAN  mulai mempercepat prospek pertumbuhan ekonomi melalui MEA. Perdagangan intra-ASEAN yang melibatkan 625 juta orang dengan kombinasi GDP 2.4 triilun dolar AS harus mampu menanggulangi sebagian dampak ASEAN-Tiongkok.  Perdagangan intra-ASEAN telah melonjak tajam sejak 1993 ketika negara-negara anggotanya ini mulai menurunkan tarif masuk dan harmonisasi peraturan perbatasan sebagai awal peluncuran MEA. Alhasil, perdagangan intra-ASEAN sekarang sudah berdiri di kisaran angka 609 juta dolar AS dibandingkan dengan dua dekade sebelumnya sebesar 82 juta dolar AS.

Para produsen di ASEAN juga berharap dapat memetik keuntungan dari pergeseran tingginya konsumsi domestik dan konsumerisme di Tiongkok yang pada 2015 lalu menyumbang 66% pertumbuhan GDP melalui sektor pariwisata. Biswas mencatat bahwa kedatangan kedatangan wisatawan Tiongkok di Thailand naik 71% pada 2014 dan di Indonesia sebesar 30% pada 2015.

“Kembalinya ekonomi Tiongkok melalui konsumsi masyarakatnya dapat menciptakan peluang ekspor baru bagi ASEAN, terutama dengan melonjaknya wisatawawan Tiongkok” ujarnya.

Keep Breathing, Keep Inspiring!

Penulis: Rafika Lifi

Editor: Dylan Aprialdo Rachman

Inspirator Freak

Twitter: @InspiratorFreak

Facebook : facebook.com/InspiratorFreak

LINE : @inspiratorfreak (menggunakan @)

Sumber:  “Has the China ASEAN affairs come to an end?”, Wharton, University of Pennsylvania. 8 Maret 2016. Diperoleh dari http://knowledge.wharton.upenn.edu/article/has-the-china-asean-affair-come-to-an-end/ pada 1 April 2016.

Seminar Gebyar Himaka
Poster Seminar Gebyar Himaka

Himpunan Mahasiswa Akuntansi (HIMAKA) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila dengan bangga mempersembahkan “GEBYAR HIMAKA 5” yang akan diselenggarakan pada tanggal 6 April hingga 16 Mei 2016 dengan beberapa rangkaian acara, yaitu kompetisi akuntansi untuk SMA/K dan Universitas se-JABODETABEK atau HIMAKA Accounting Competition (HAC) dan kompetisi futsal & basket untuk SMA/K dan Universitas se- JABODETABEK atau HIMAKA Sport Competition (HSC).

Himaka Sport Competition
              Himaka Sport Competition

 

Dalam acara GEBYAR HIMAKA 5 ini kamu juga dapat menambah pengetahuan mu dengan mengikuti Seminar Nasional yang bertemakan “Meningkatkan Kemampuan Diri Mahasiswa dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN” dengan menghadirkan Bapak Suhartono, MPA, Ak, CPA, CA dari Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI) sebagai pembicara. Dan untuk kamu yang memiliki bisnis atau usaha, kamu juga bisa ikutan Bazar GEBYAR HIMAKA 5 selama 5 hari mulai dari tanggal 30 April hingga 4 Mei.

Yuk, tingkatkan dirimu dengan berpartisipasi dalam acara GEBYAR HIMAKA 5!

Gebyar Himaka 5

LINE: @euj9308y (GH5)
IG: @GebyarHimaka5

Keep Breathing Keep Inspiring!

Inspirator Freak

Twitter: @InspiratorFreak
Facebook : facebook.com/InspiratorFreak
Instagram : @inspiratorfreak
web : www.inspiratorfreak.com
LINE : @inspiratorfreak (menggunakan @)

ASEAN Community
Ilustrasi | Sumber: www.bloggedinasean.com

Pemerintah Myanmar mengaku khawatir akan pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada akhir tahun 2015 ini.

“Kami ingin dapatkan manfaatkan. Tapi, kami punya kekhawatiran kami tak dapat bersaing dengan negara dan perusahaan yang lebih maju,” ujar Chairman Serge Pun and Associates Myanmar Global Agenda Council on Transparency and Anti Corruption Serge Pun dalam salah satu diskusi World Economy Forum on East Asia dengan tema ASEAN’s Global Impact di Jakarta.

Menurutnya, kekhawatiran dan keraguan atas MEA dialami mayoritas oleh para UKM. Hal ini terjadi karena kurangnya pendidikan dan pemahaman. Serge menuturkan, kekhawatiran tersebut diketahui pemerintah setelah diadakan survei soal MEA. Di mana, 80% dari pelaku UKM tidak paham mengenal MEA.

Meski demikian, pihaknya meyakini hal itu bisa diatasi saat pelaksanaan MEA nanti dengan melihat manfaat yang didapatkan.

“MEA sudah dibicarakan bertahun-tahun dan ini cara yang terbaik,” ungkap dia.

Secara terpisah, Presiden Joko Widodo meminta pengusaha Indonesia agar tidak perlu khawatir dibukanya pasar bebas antar kawasan ASEAN atau MEA 2015 karena negara lain di kawasan ini juga mengalami kekhawatiran yang sama.

Dalam sejumlah pertemuan dengan pimpinan pemerintahan di ASEAN, Jokowi mengambil kesimpulan bahwa ternyata mereka juga takut karena tidak memerkirakan apa yang terjadi dengan MEA.

“Artinya saudara-saudara enggak usah takut, mereka takut juga kok, dan yang paling ditakuti Indonesia,” katanya.

Indonesia, lanjut Kepala Negara, memiliki potensi ekonomi luar biasa dengan jumlah penduduk 250 juta jiwa. Jumlah penduduk itu jauh lebih banyak ketimbang negara lain di kawasan yang sama berkisar 15-70 juta jiwa.

Namun, dalam menghadapi MEA, sebetulnya harus disiapkan 10 tahun sebelumnya kemudian dilakukan pengawasan.

“Kondisi sekarang enggak perlu khawatir, jangan takut-takut amat, yang penting jangan sampai peluang di dalam negeri diambil pengusaha luar,” tuturnya.

Keep Breathing, Keep Inspiring!

Inspirator Freak

Sumber : Berita Satu

Editor    : Dylan Aprialdo Rachman

Inspirator Freak

Twitter: @InspiratorFreak

Facebook : facebook.com/InspiratorFreak

LINE : @inspiratorfreak (menggunakan @)
Skip to toolbar